BAB II
PENGERTIAN
A.Konsep Dasar
1.
Definisi
Konsep Diri adalah
sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang
mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. (Stuart
dan Sunden, 1998).
Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak bearti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri.
Gangguan
harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak lansung di
ekspresikan.( Townsend1998, dikutip dalam fajariah, 2012)
Menurut Stuart and
Sundeen (1998 : 227), konsep diri terdiri dari 5 komponen, yaitu :
a.
Citra Tubuh
Kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak di sadari terhadap
tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru. Gangguan citra tubuh
adalah perubahan persepssi tentang tubuh adalah perubahan persepsi tentang
tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi
keterbatasan makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
b. Ideal
Diri
Adalah persepsi individu
tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar, tujuan,
keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama
dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri. Gangguan ideal diri
adalah diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.
c.
Fungsi Peran
Adalah serangkaian
pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi
individu diberbagai kelompok sosial.
Peran yang ditetapkan
adalah peran yang dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang di
terima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Tiap individu
mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Gangguan
penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh
penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), adalah 5 faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri dengan peran :
1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai
dengan peran
2. Konsitensi respons orang yang berarti terhdap
peran individu
3. Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang
dilakukan
4. Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
5. Kesesuaian situasi yang dapat mendukung
pelaksanaan peran.
Konsep diri akan berkembang baik
bila :
1. Pengalaman interpersonal dan kebudayaan
menciptakan perasaan positif dan diri yang berarti serta dihargai.
2. Memperoleh kemampuan dalam bidang yang
dihargai oleh dirinya maupun lingkungan.
3. Aktualisasi diri/atau menyadari dan
melakukan potensi nyata dalam dirinya.
d. Identitas Diri
Adalah kesadaran akan
keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri.
Identitas ditandai kemampuan memandang diri sendiri beda dengan orang lain
mempunyai percaya diri, mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri.
Gangguan
citra diri adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan
keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
e. Harga
diri
Adalah penilaian individu tentang pencapaian
diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan,
tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Gangguan harga diri
dapat menggambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri adalah evaluasi
diri dan perasaan diri atau kemampuan
diri yang negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung maupun yang tidak.
Harga diri rendah adalah transisi antara rentan respon adaptif dan maladaptive
yang ditandai dengan perasaan atau persepsi negative terhadap diri sendiri.
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri (Stuart dan Sundeen,1998)
2. Etiologi (Penyebab)
Gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan, harapan – harapan yang tidak realistis,
perkembangan ego yang terhambat, disfungsi system keluarga (hubungan keluarga
yang tidak harmonis), perasaan ditolak oleh orang terdekat, kehilangan
kemampuan untuk komunikasi verbal efektif. (Townsend,
1998)
a)
Faktor predisposisi.
Berbagai faktor
menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang, faktor ini dapat
dibagi sebagai berikut :
1. Faktor Tumbuh Kembang
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik
2. Faktor Komunikasi
Faktor yang
mempengaruhi identitas personal meliputi ketidak percayaan orang tua, tekanan
dari kelompok sebaya dan perubahan dalam struktur sosial.
3. Faktor Social
Faktor yang
mempengaruhi penampilan peran adalah peran yang sesuai dengan kebudayaan.
b)
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi
dapat disebabkan oleh factor dari dalam individu atau dari luar individu yang
dapat dibagi menjadi beberapa kategori :
1. Ketegangan peran adalah sress yang berhubungan dengan prustasi yang
dialami peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai
frustasi.
2. Konflik peran adalah ketidak sesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan.
3. Peran yang tidak jelas adalah kurangnya
pengetahuan individu tentang peran yang dilakukan.
4. Peran berlebihan
adalah kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang
komplek.
5. Perkembangan transisi adalah perubahan yang
berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
6. Situasi transisi peran adalah bertambah atau
berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian yang berarti.
7. Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan
oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi
ini dapat disebabkan :
a) Kehilangan bagian tubuh
b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan.
d) Prosedur pengobatan dan perawatan.
Ancaman fisik seperti
pemakaian oxygen, kelelahan, ketidakseimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan
obat, alcohol dan zat.
3. Proses Perjalanan Penyakit
Gangguan harga
diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara (Budi Anna Keliat, 1998 ) :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, seperti putus
sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu terjadi.
Pada klien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah karena :
a)
Privacy yang kurang diperhatikan
b)
Harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau
sakit
c)
Perlakuan
petugas kesehatan yang tidak menghargai
4. Dampak dari Harga diri
rendah
Dampak
dari harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial,merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
5. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Aktualisasi diri
|
Konsep diri positif
|
HDR
|
Kekacauan identitas
|
Depersonalisasi
|
Rentang Respon Konsep Diri terdiri atas
Komponen-komponen berikut ini :
1)
Aktualisasi
diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2)
Konsep
diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktivitas diri
3)
Harga
diri rendah adalah transisi antara respon diri positif dengan konsep diri mal
adaptif
4)
Kekacauan
identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada saat dewasa.
5)
Depersonalisasi
adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
6. Tanda dan Gejala (Budi Anna Keliat, 1998 )
a.
Perasaan malu tehadap diri
sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit.
Misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
b.
Merasa bersalah terhadap diri
sendiri.
Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya ke rumah
sakit (menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri).
c.
Merendahkan martabat
Misalnya saya tidak bisa,
saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan
sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e.
Percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan.
Misalnya tentang memilih alternatif
tindakan.
f. Merendahkan diri
Akibat harga diri
yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri
hidupnya.
Menurut Stuart dan Sunden (1998 :
230) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah seperti tanda
dan gejala yang dapat ditemukan pada klien , antara lain :
·
Mengkritik diri sendiri dan
orang lain
·
Produktivitas menurun
·
Destruktif pada orang lain
·
Gangguan berhubungan
·
Merasa diri lebih penting
·
Merasa tidak layak
·
Merasa bersalah
·
Mudah marah dan tersinggung
·
Perasaan negative terhadap diri
sendiri
·
Pandangan hidup yang
pesisimistis
·
Keluhan fisik
·
Pandangan hidup terpolarisasi
·
Mengingkar kemampuan diri
sendiri
7. Mekanisme Koping
(Stuart dan Sndeen, 1998 )
a.
Pertahanan Jangka Pendek
1)
Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas. Misalnya:
konser musik, bekerja keras,menonton televisi secara obsertif.
2)
Aktivitas
yang dapat memberikan identitas penggantian sementara. Misalnya: ikut serta
dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok atau geng.
3)
Aktivitas yang secara sementara
menguatkan perasaan diri. Misalnya: olah raga
4)
Aktivitas yang mewakili upaya
jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam
kehidupan individu. Misalnya : penyalagunaan obat
b. Pertahanan jangka panjang diantaranya
adalah :
1)
Penutupan identitas
Adopsi
identitas premature yang disenangi oleh orang yang penting bagi
individu, mempertahankan dan memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi
individu.
2)
Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk
dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.
c.
Mekanisme Pertahanan Ego
1) Fantasi :
keinginan yang tak terkabul dipuaskan dalam imajinasi
2)
Depersonalisasi : perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan
bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi
3)
Isolasi : merupakan suatu
bentuk penyekatan emosional, beban emosi dalam suatu keadaan yang meyakitkan
4)
Proyeksi : menyalahkan orang
lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik
5) Displacement : melepaskan perasaan yang
terkekang, biasanya permusuhan
B. Pohon Masalah
Isolasi sosial
Ideal diri tidak realitas
C.
Proses Keperawatan
1.
Pengkajian
Tanda dan gejala yang dapat di
kaji pada klien dengan harga diri rendah adalah sebagai berikut :
a. Perasaan malu terhadap
diri sendiri akibat tindakan terhadap penyakit misalnya: malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b. Rasa bersalah terhadap
diri sendiri misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera kerumah sakit,
menyalahkan / mengejek dan mengkritik diri sendiri
c. Merendahkan martabat
misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh, dan tidak tahu
apa- apa.
d. Gangguan hubungan
sosial, seperti isolasi sosial, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain,
lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang.
Klien sukar mengambil keputusan, misalnya : tentang memilih alternatif
tindakan.
f. Tidak menerima pujian
g. Penurunan produktivitas
h. Kurang memperhatikan
perawatan diri
i. Berpakaian tidak rapi.
j. Selera makan kurang.
k. Tidak berani menatap
lawan bicara
l. Lebih banyak menunduk
m. Bicara lambat dengan
nada lemah
n. Mencederai diri akibat
harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri
kehidupan
Analisa Data
a.
Isolasi sosial
1)
Data subjektif :
-
Klien mengatakan lebih baik
sendiri
2) Data objektif :
-
Klien terlihat lebih sering
sendiri
-
Klien terlihat sering melamun
b.
Harga diri rendah
1)
Data subjektif :
- Klien mengatakan gagal dalam mencapai
sesuatu
-
Klien mengatakan dirinya selalu
malu
2)
Data objektif :
-
Klien tampak putus asa dalam
prilakunya
-
Klien tampak malu-malu
c.
Ideal diri tidak realitas
1)
Data subjektif :
- Klien mengatakan merasa dirinya tidak
berguna
2)
Data objektif :
- Klien selalu mengeluh
-
Klien tampak murung
2. Diagnosa keperawatan
1.
Isolasi
sosial
2.
Harga diri rendah
3.
Ideal diri tidak realitas
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah
TUM : Klien dapat berhubungan secara optimal
dengan orang lain.
TUK I : Klien dapat mnembina hubungan saling percaya
dengan perawat
Kriteria evaluasi : Setelah 1x interaksi klien menunjukkan ekspresi
wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan
dengan perwat, mau mengutarakan yang dihadapi.
Intervensi :
Bina
hubungan saling percaya dengan mengunakan prinsip komunikasi terapeutik :
o
Sapa
klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
o
Perkenalkan
diri dengan sopan
o
Tanyakan
nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
o
Jelaskan
tujuan pertemuan
o
Jujur
dan menepati janji
o
Tunjukan
sikap empati dan menerima klien apa adanya
o
Beri
perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
- Hubungan saling percaya merupakan dasar
untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
-
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki.
Kreteria evaluasi :
Setelah 3x interaksi klien menyebutkan
o
Aspek
positif dan kemampuan yang dimiliki klien
o
Aspek
positif keluarga
o
Aspek
positif lingkungan klien
Intervensi :
1.
Diskusikan dengan klien tentang :
o
Aspek
positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan
o
Aspek
positif keluarga
o
Aspek
positif lingkungan klien
2. Bersama klien buat daftar tentang :
o
Aspek
positif klien, keluarga, lingkungan
o
Kemampuan
yang klien miliki
3. Beri pujian yang realistis, hindari
penilaian yang negatif
Rasional :
- Dikethuinya penyebab dan dapat dihubungkan
dengan faktor presipitasi yang dialami klien
TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang
dimiliki untuk
dilaksanakan Kriteria evaluasi : Klien menyebutkan kemampuan yang dapat
dilaksanakan
Kriteria
hasil : Setelah 1x interaksi klien dapat menilai kemampuan yang
digunakan.
Intervensi :
1.
Diskusikan
dengan klien kemampuan dapat dilaksanakan
2.
Diskusikan
kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya
Rasional :
-
Mengevaluasi manfaat yang
dirasakan sehingga timbul motivasi untuk
berinteraksi
TUK IV : Klien dapat
merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Kreteria evaluasi
: Setelah 1x interaksi klien dapat membuat rencana
kegiatan harian
Intervensi :
1.
Rencanakan bersama klien
aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien :
2.
Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan kondisi klien
3.
Beri
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan
Rasional :
-
Meningkatkan hubungan sosial
klien
TUK V : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
rencana yang dibuat
Kreteria evaluasi
: Setelah I x interaksi klien dapat melakukan kegiatan
sesuai rencana yang di buat
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan
yang telah direncanakan
2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan
klien
4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang
TUK VI : Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
Kreteria evaluasi : Setelah
1x interaksi klien memanfaatkan system
pendukung yang ada dikeluarga
Intervensi :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama
klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
4. Intervensi Keperawatan
Pelaksanaan
keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata implementasi sering kali
jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memfalidasi dengan
singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien pada
saat ini(here and now). Perawat juga menilai sendiri, apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan tehnikal yang diperlukan untuk
melaksanakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien.Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat
kontak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang
diharapkan dari klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus
menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dapat bagi 2 yaitu evaluasi proses atau formatif, yang
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif
yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditentukan.
Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir :
S : Respon subjektif terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan
O: Respon objektif terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan
A: Analisa ulang atas data subjektif &
objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada data yang kontra indikasidengan masalah yang ada.
P: Perencanaan atau tindak lanjut
berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
Rencana
tindak lanjut dapat berupa : rencana diteruskan jika masalah tidak berubah,
rencana dimodifikasi jika masalah tetap semua tindakan sudah dijalankan tetapi
hasil belum memuaskan, rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan
bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan,
rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan
adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Klien dan
kelurga perlu dilibatkan dalam evalusi agar dapat melihat perubahan dan
berupaya mempertahankan dan memelihara pada evaluasi sangat diperlukan
reinforcement untuk perubahan yang positif. Klien dan keluarga juga dimotivasi
untuk melakukan self reinforcement (Keliat, 1998).
Evaluasi
adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.Adapun evaluasi keperawatan
pasa klien HDR :
a. Dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
c. Menerima perubahan tubuh yang terjadi
d. Dapat memilih beberapa cara mengatasi
perubahan yang terjadi
e. Dapat beradaptasi dengan cara yang
dipilih
f. Pada keluarga dapat membina hubungan
saling percaya
g. Keluarga dapat merawat klien dengan HDR
dan gangguan citra tubuh.