Tampilkan postingan dengan label Pengertian Penyakit. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengertian Penyakit. Tampilkan semua postingan

Askep Waham

ASUHAN KEPERAWATAN
WAHAM

1.  Masalah Utama :
 Perubahan isi pikir : waham
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (1).
Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya ) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung (2).
b. Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.(3)
c. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
3. a. Pohon masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
 

Kerusakan komunikasi verbal
 
                                                                                                  


Gangguan konsep diri : harga diri rendah
 
 











b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
            1. Masalah keperawatan :
a.        Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b.      Kerusakan komunikasi : verbal
c.       Perubahan isi pikir : waham
d.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2. Data yang perlu dikaji :
a.       Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1). Data subjektif
    Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri
2). Data objektif
    Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.

b.      Kerusakan komunikasi : verbal
1). Data subjektif
klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2). Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang
c.  Perubahan isi piker : waham ( paranoid)
1). Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2). Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
d.  Gangguan harga diri rendah
1).  Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
2).  Data objektif
klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

4. Diagnosa Keperawatan
a.    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b.   Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan  berhubungan dengan waham
c.    Perubahan isi  pikir : waham(paranoid)berhubungan dengan harga diri rendah.

5. Rencana Keperawatan
 Diagnosa 1 : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
a.         Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
b.        Tujuan khusus :
1)      Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Rasional : hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinya
Tindakan :
·         Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
·         Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati,  tidak membicarakan isi waham klien.
·         Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
·         Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri

2). Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Rasional :  dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya
Tindakan :
·          Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
·    Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
·    Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari ‑ hari dan perawatan diri).
·    Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

3). Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Rasional : dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan kien tersebut sehungga klien merasa nyaman dan aman
Tindakan :
·         Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
·         Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
·         Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
·         Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
·         Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

4). Klien dapat berhubungan dengan realitas
Rasional : menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada
Tindakan :
·         Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
·         Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
·         Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

5). Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat
Tindakan :
·         Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek    samping minum obat.
·         Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,    dosis, cara dan waktu).
·         Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
·         Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6). Klien dapat dukungan dari keluarga
Rasional : dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien
Tindakan :
·         Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala  waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan  follow up obat.
·         Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga


DAFTAR PUSTAKA

1.      Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
2.      Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
3.      Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000
4.      Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
5.      …………..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 – 22 Novembr 2004. unpublished

BAB 2 Harga Diri Rendah

BAB II

PENGERTIAN

A.Konsep Dasar

1.      Definisi
Konsep Diri adalah sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. (Stuart dan Sunden, 1998).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak bearti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak lansung di ekspresikan.( Townsend1998, dikutip dalam fajariah, 2012)
Menurut Stuart and Sundeen (1998 : 227), konsep diri terdiri dari 5 komponen, yaitu :
a.  Citra Tubuh        
 Kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak di sadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru. Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepssi tentang tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi keterbatasan makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
b. Ideal Diri
 Adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri. Gangguan ideal diri adalah diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.

c.  Fungsi Peran
 Adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.
 Peran yang ditetapkan adalah peran yang dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang di terima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.
 Menurut Stuart dan Sundeen (1998), adalah 5 faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran :
1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2. Konsitensi respons orang yang berarti terhdap peran individu
3. Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
4. Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
5. Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran.

Konsep diri akan berkembang baik bila :
1. Pengalaman interpersonal dan kebudayaan menciptakan perasaan positif dan diri yang berarti serta dihargai.
2. Memperoleh kemampuan dalam bidang yang dihargai oleh dirinya maupun lingkungan.
3. Aktualisasi diri/atau menyadari dan melakukan potensi nyata dalam dirinya.

d. Identitas Diri
 Adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai kemampuan memandang diri sendiri beda dengan orang lain mempunyai percaya diri, mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri.
Gangguan citra diri adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.

e. Harga diri
Adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Gangguan harga diri dapat menggambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan diri atau  kemampuan diri yang negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung maupun yang tidak. Harga diri rendah adalah transisi antara rentan respon adaptif dan maladaptive yang ditandai dengan perasaan atau persepsi negative terhadap diri sendiri. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri  (Stuart dan Sundeen,1998)

2.  Etiologi (Penyebab)
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif  terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, harapan – harapan yang tidak realistis, perkembangan ego yang terhambat, disfungsi system keluarga (hubungan keluarga yang tidak harmonis), perasaan ditolak oleh orang terdekat, kehilangan kemampuan untuk komunikasi verbal efektif. (Townsend, 1998)
a)      Faktor predisposisi.
 Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang, faktor ini dapat dibagi sebagai berikut :
1. Faktor Tumbuh Kembang
 Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik
2. Faktor Komunikasi
Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidak percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan dalam struktur sosial. 
3. Faktor Social
Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran yang sesuai dengan  kebudayaan.

b)      Faktor Presipitasi
 Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh factor dari dalam individu atau dari luar individu yang dapat dibagi menjadi beberapa kategori :
1. Ketegangan peran adalah sress yang berhubungan dengan prustasi yang dialami peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi.
2.  Konflik peran adalah ketidak sesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan.
3.  Peran yang tidak jelas adalah kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukan.
4. Peran berlebihan adalah kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang komplek.
5.  Perkembangan transisi adalah perubahan yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
6.  Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian yang berarti.
7.  Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan   sehat   atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
a)    Kehilangan bagian tubuh
b)   Perubahan ukuran dan  bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
c)    Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
d)   Prosedur pengobatan dan perawatan.
      
  Ancaman fisik seperti pemakaian oxygen, kelelahan, ketidakseimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat, alcohol dan zat.

3. Proses Perjalanan Penyakit
 Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara  (Budi Anna Keliat, 1998 ) :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, seperti putus sekolah, putus  hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi.

Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
a)        Privacy yang kurang diperhatikan
b)        Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit
c)        Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai

4.  Dampak dari Harga diri rendah
  Dampak dari harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial,merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan  orang lain.

5. Rentang Respon
Respon Adaptif                                                            Respon Maladaptif

 


 Aktualisasi  diri
Konsep diri positif
      HDR
Kekacauan identitas
Depersonalisasi

Rentang Respon Konsep Diri terdiri atas Komponen-komponen berikut ini :
1)        Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2)        Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktivitas diri 
3)        Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri positif dengan konsep diri mal adaptif
4)        Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada saat dewasa.
5)        Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. 

6.    Tanda dan Gejala (Budi Anna Keliat, 1998 )
a.    Perasaan malu tehadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit.
Misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b.    Merasa bersalah terhadap diri sendiri.
Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya ke rumah sakit (menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri).
c.    Merendahkan martabat
                Misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d.  Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin   bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e.   Percaya diri kurang,  sukar mengambil keputusan.
   Misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
f.  Merendahkan diri
       Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri hidupnya. 
Menurut Stuart dan Sunden (1998 : 230) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah seperti tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada klien , antara lain :
           ·       Mengkritik diri sendiri dan orang lain
           ·       Produktivitas menurun
           ·       Destruktif pada orang lain
           ·       Gangguan berhubungan
           ·       Merasa diri lebih penting
           ·       Merasa tidak layak
           ·       Merasa bersalah
           ·       Mudah marah dan tersinggung
           ·       Perasaan negative terhadap diri sendiri
           ·       Pandangan hidup yang pesisimistis
           ·       Keluhan fisik
           ·       Pandangan hidup terpolarisasi
           ·       Mengingkar kemampuan diri sendiri

7.    Mekanisme Koping (Stuart dan Sndeen, 1998 )
     a.    Pertahanan Jangka Pendek
    1)    Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis  identitas.   Misalnya: konser musik, bekerja keras,menonton televisi secara obsertif.
    2)   Aktivitas yang dapat memberikan identitas penggantian sementara. Misalnya: ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok atau geng.
   3)   Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri. Misalnya: olah raga
    4)   Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu. Misalnya : penyalagunaan obat

b.    Pertahanan jangka panjang diantaranya adalah :
1)   Penutupan identitas
     Adopsi  identitas premature yang disenangi oleh orang yang penting bagi individu, mempertahankan dan memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi individu.
2)   Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.

c.    Mekanisme Pertahanan Ego
1)   Fantasi   : keinginan yang tak terkabul dipuaskan dalam imajinasi
2)   Depersonalisasi  : perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi
3)   Isolasi : merupakan suatu bentuk penyekatan emosional, beban emosi dalam suatu keadaan yang meyakitkan
4)   Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik
5)   Displacement : melepaskan perasaan yang terkekang, biasanya permusuhan

B.       Pohon Masalah              
 Isolasi sosial 


Harga Diri rendah
 
 




                                                      Ideal diri tidak realitas
C.    Proses Keperawatan
1.      Pengkajian
Tanda  dan gejala yang dapat di kaji pada klien dengan harga diri rendah adalah sebagai berikut :
a.    Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat tindakan terhadap penyakit misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b.    Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera kerumah sakit, menyalahkan / mengejek dan mengkritik diri sendiri
c.    Merendahkan martabat misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh, dan tidak tahu apa- apa.
d.   Gangguan hubungan sosial, seperti isolasi sosial, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e.    Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya : tentang memilih alternatif tindakan.
f.     Tidak menerima pujian
g.    Penurunan produktivitas
h.    Kurang memperhatikan perawatan diri
i.      Berpakaian tidak rapi.
j.      Selera makan kurang.
k.    Tidak berani menatap lawan bicara
l.      Lebih banyak menunduk
m.  Bicara lambat dengan nada lemah
n.    Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan

Analisa Data
a.    Isolasi sosial
1)        Data subjektif           :
-          Klien mengatakan lebih baik sendiri

2)  Data objektif   :
-          Klien terlihat lebih sering sendiri
-          Klien terlihat sering melamun

b.    Harga diri rendah
             1)      Data subjektif :
-     Klien mengatakan gagal dalam mencapai sesuatu
-     Klien mengatakan dirinya selalu malu
2)  Data objektif :
-     Klien tampak putus asa dalam prilakunya
-     Klien tampak malu-malu

c.    Ideal diri tidak realitas
1)   Data subjektif :
-     Klien mengatakan merasa dirinya tidak berguna
2)   Data objektif :
-  Klien selalu mengeluh
-     Klien tampak murung

2. Diagnosa keperawatan
1.         Isolasi sosial
2.         Harga diri rendah
3.         Ideal diri tidak realitas

3Rencana Tindakan Keperawatan
      Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah
TUM        : Klien dapat berhubungan secara optimal dengan orang lain.
TUK I      : Klien dapat mnembina hubungan saling percaya dengan perawat
Kriteria evaluasi : Setelah 1x interaksi klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perwat, mau mengutarakan yang dihadapi.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan mengunakan prinsip komunikasi terapeutik :
o  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
o  Perkenalkan diri dengan sopan
o  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
o  Jelaskan tujuan pertemuan
o  Jujur dan menepati janji
o  Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
o  Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
-      Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
-       
TUK II    : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
  dimiliki.
Kreteria evaluasi : Setelah 3x interaksi klien menyebutkan
o  Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien
o  Aspek positif keluarga
o  Aspek positif lingkungan klien
Intervensi :
1.         Diskusikan dengan klien tentang :
o    Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan
o    Aspek positif keluarga
o    Aspek positif lingkungan klien
2.    Bersama klien buat daftar tentang :
o    Aspek positif klien, keluarga, lingkungan
o    Kemampuan yang klien miliki
3.    Beri pujian yang realistis, hindari penilaian yang negatif
Rasional :
-      Dikethuinya penyebab dan dapat dihubungkan dengan faktor presipitasi yang dialami klien

TUK  III   : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk
    dilaksanakan Kriteria evaluasi : Klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan
Kriteria hasil : Setelah 1x interaksi klien dapat menilai kemampuan yang
     digunakan.
Intervensi :
1.         Diskusikan dengan klien kemampuan dapat dilaksanakan
2.         Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya
Rasional :
-          Mengevaluasi manfaat yang dirasakan sehingga timbul motivasi untuk
berinteraksi

TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Kreteria evaluasi : Setelah 1x interaksi klien dapat membuat rencana
    kegiatan harian
Intervensi :
1.    Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien :
2.             Tingkatkan kegiatan sesuai dengan  kondisi klien
3.             Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan

Rasional :
-      Meningkatkan hubungan sosial klien
TUK V : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
Kreteria evaluasi : Setelah I x interaksi klien dapat melakukan kegiatan sesuai  rencana yang di buat
Intervensi :
1.    Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
2.    Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
3.    Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
4.    Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang

TUK  VI : Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada 
Kreteria evaluasi : Setelah 1x interaksi klien memanfaatkan system
    pendukung yang ada dikeluarga
Intervensi :
1.      Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien     dengan harga diri rendah
2.      Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3.      Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

4Intervensi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.   Pada situasi nyata implementasi sering kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memfalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien pada saat ini(here and now). Perawat juga menilai sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan tehnikal yang diperlukan untuk melaksanakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien.Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat kontak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang  akan dikerjakan dan peran serta yang diharapkan dari klien.

5.  Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat bagi 2 yaitu evaluasi proses atau formatif, yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.  
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir :
S : Respon subjektif terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O: Respon objektif terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A: Analisa ulang atas data subjektif & objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontra indikasidengan masalah yang ada.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.

Rencana tindak lanjut dapat berupa : rencana diteruskan jika masalah tidak berubah, rencana dimodifikasi jika masalah tetap semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil belum memuaskan, rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan, rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Klien dan kelurga perlu dilibatkan dalam evalusi agar dapat melihat perubahan dan berupaya mempertahankan dan memelihara pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk perubahan yang positif. Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self reinforcement (Keliat, 1998). 
Evaluasi adalah proses  berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.Adapun evaluasi keperawatan pasa klien HDR :
a. Dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
c. Menerima perubahan tubuh yang terjadi
d. Dapat memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi
e. Dapat beradaptasi dengan cara yang dipilih
f. Pada keluarga dapat membina hubungan saling percaya
g. Keluarga dapat merawat klien dengan HDR dan gangguan citra tubuh.