BAB 4 ISOS

BAB IV

PEMBAHASAN

            Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada kilen Tn. I dengan isolasi sosial di ruang Yudistira Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor, penulis berusaha menerapkan asuhan keperawatan secara kontinue dan komprehensif yaitu melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan, mengimplementasikan dan membuat evaluasi keperawatan. Oleh karena itu penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan praktek dalam proses keperawatan yang telah dilaksanakan.

A.        Tahap Pengkajian
            Pengkajian ini merupakan tahap awal dari pengumpulan data, data yang diperoleh melalui wawancara, observasi langsung pada klien, catatan rekam medik klien dan perawat ruangan. Penulis melakukan pengkajian dengan pedoman pengkajian berdasarkan standar keperawatan jiwa. Dalam pengkajian ada beberapa faktor yang perlu dieksplorasi yaitu faktor pendukung atau predisposisi yang meliputi faktor tumbuh kembang, faktor komunikasi dalam keluarga, faktor sosial budaya dan faktor biologis; faktor pencetus atau faktor presipitasi yang meliputi faktor eksternal dan faktor internal; mekanisme koping dan perilaku klien.
1.         Hambatan
            Pada saat interaksi awal penulis masih sulit membina hubungan saling percaya dengan klien disebabkan adanya kendala perbedaan bahasa yaitu pasien menggunakan bahasa Sunda yang tidak dimengerti penulis. Namun, klien cukup kooperatif dalam menjawab meskipun dengan jawaban yang sangat singkat. Penulis juga mengalami hambatan dimana klien tidak sepenuhnya mengungkapkan permasalahan yang dialami dan klien selalu menjawab bahwa ia lupa.
2.         Alternatif Pemecahan Masalah
            Sebagai alternatif pemecahan masalah klien, penulis mencoba melakukan pendekatan dengan teknik komunikasi terapeutik seperti melakukan kontrak singkat dan sering, lebih memperhatikan kebutuhan dasar klien, melakukan kontrak waktu pertemuan yang lebih jelas dan telah disepakati kedua belah pihak, menepati janji, menunjukkan rasa empati, dan perhatian kepada klien dimana saat interaksi selalu bertatap muka, menggunakan komunikasi verbal dan non verbal, berhadap hadapan dengan klien dan menjaga kontak mata, menjaga jarak komunikasi, dan memberi rasa aman kepada klien, memberikan reinforcement atas hal positif yang telah klien lakukan, bersikap sabar dan empati serta menerima klien apa adanya dan juga memfokuskan pembicaraan pada saat pengkajian, jangan langsung menentukan diagnosa sebelum data yagn diperoleh benar-benar akurat.
3.         Hasil dari altenartive pemecahan masalah
            Setelah melakukan alternative tersebut, pembicaraan dapat difokuskan dan data klien dapat terkaji sehingga dapat digali masalah utama pada klien Tn.I walaupun tidak begitu mendalam.

B.        Tahap Diagnosa Keperawatan
            Pada tahap ini penulis mengumpulkan data senjang baik data mayor maupun data minor yang didapat dari proses pengkajian untuk selanjutnya diinterpresentasikan pada analisa data sehingga muncul beberapa masalah keperawatan dari masalah keperawatan tersebut dihubungkan  dalam pohon masalah untuk mendapatkan diagnosa keperawatan.
            Dari hasil pengkajian yang telah dikumpulkan baik berupa data mayor maupun data minor dari klien, penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan selain tiga diagnosa utama yaitu : resiko perilaku kekerasan, penulis juga menegakkan diagnosa defisit perawatan diri.
1.         Hambatan
Ditemukannya perbedaan antara diagnosa keperawatan yang muncul pada studi kasus dengan diagnosa keperawatan sesuai teori.
2.         Alternative Pemecahan Masalah
Ditemukannya perbedaan antara diagnosa keperawatan yagn muncul pada saat studi kasus dengan diagnosa keperawatan dalam teori, maka solusi yang penulis lakukan adalah dengan tetap menggunakan teori sebagai acuan, namun disamping itu juga penulis memperhatikan kondisi klien. Untuk kondisi klien yang tidak sesuai dengan teori, maka penulis mengacu pada referensi lain yang sesuai dengan data mayor maupun data minor yang terdapat pada kondisi klien.
3          Hasil dari Alternative Pemecahan Masalah
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan sesuai dengan dan kebutuhan klien pada saat dikaji oleh penulis.

C. Tahap Intervensi
            Pada proses ini yang terdiri dari lima aspek utama yaitu tujuan umum, tujuan khusus, kriteria hasil, intervensi dan rasional. Penulis membuat rencana asuhan keperawatan hanya pada diagnosa isolasi sosial, harga diri rendah dan defisit keperawatan diri, sesuai dengan keadaan kebutuhan klien saat itu.
1.         Hambatan
Pada tahap ini penulis tidak memiliki hambatan, karena kondisi klien yang cukup kooperatif sehingga penulis dapat segera menusun rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien sekarang.
            Dalam perencanaan ini penulis hanya membuat rencana asuhan keperawatan pada diagnosa isolasi sosial, harga diri rendah dan deficit keperawatan diri, karena waktu yang terbatas yang dimiliki oeh penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan tersebut.
2.         Alternative Pemecahan Masalah
Penulis membuat rencana asuhan keperawatan dengan cara mengikuti sumber yang telah dibakukan untuk diaplikasikan kepada klien dan kondisi klien menentukan pada tahap perencanaan selanjutnya, karena pada standar recana ashuhan keperawatan yang telah dibakukan mencakup semua aspek masalah yang timbul pada klien, sehingga pelaksanaan dari rencana dapat terlaksana sesuai dengan harapan penulis.
3.         Hasil dari Alternative Pemecahan Masalah
Perencanaan asuhan keperawatan pada klien dapat dibuat dan dilaksanakan oleh penulis sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien saat itu.


D. Tahap Implementasi
            Implementasi merupakan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan menggunakan komunikasi teraupetik yang meliputi fase pra interaksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Pada fase orientasi dilaksanakan dengan memberikan salam teraupetik memperkenalkan diri atau mengingat kembali nama perawat, mengevaluasi dan memfalidasi berdasarkan keadaan klien saat itu, membuat kontrak waktu dan tempat serta menentukan komunikasi yang mengarah pada tujuan yang akan dicari pada fase terminasi penulis mengevaluasi kembali keadaan klien baik objektif maupun subjektif, menentukan rencana tindak lanjut, serta merencakan kontrak waktu, dan tempat untuk pertemuan selanjutnya. Semuanya dilaksanakan pada setiap tahapan strategi pelaksanaan (SP).
1.         Hambatan
Hambatan pada tahap implementasi ini adalah adanya keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, sehingga, sehingga penulis tidak dapat melakukan implementasi dan memperhatikan perkembangan klien selama 24 jam penuh karena penulis hanya dinas pada pagi hari sampai pukul 13.00.sedangkan target untuk pencapaian SP pada klien yang sesuai dengan permasalahkan klien sangat banyak.
2.         Altenative Pemecahan Masalah
Sebagai alternative pemecahan masalahnya, penulis melaksanakan terlebih dahulu pada diagnosa yang menjadi prioritas, selain itu penulis juga melakukan kolaborasi dengan perawat ruangan dalam memantau perkembangan klien pada sore dan malam hari
3.         Hasil dari Alternative  Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan cara alternative tersebut, klien dapat melaksanakan target SP yang sesuai dengan klien yang ada saat menulis tidak berada diruangan dengan memperoleh data dari perawat ruangan.

E.       Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan yang dicapai setelah melaksanakan impelementasi yang dilakukan baik secara sumatif (dilakukan  dengan membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan) atau pun formatif (yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperwatan). Tetapi tidak semua rencana keperawatan dapat dilaksanakan atau tercapai sesuai dengan yang penulis harapkan. Penulis juga menggunakan SOAP dalam mengevalusi klien, dengan demikian tidak ditemukan perbedaan dalam tahap evaluasi ini dengan teori yang ada.
Untuk diagnosa pertama yaitu isolasi sosial yang sudah penulis lakukan yaitu SP 1 sampai dengan SP 3 dan evaluasi sumatif dari klien adalah dapat membina hubungan saling pecaya, klien dapat menyebutkan penyebab isoalsi sosial, menyebutkan keuntunagn berinteraksi dengan orang lain, kerugian tidak berinteraksi dengan orag lain, dan klien juga mampu berkenalan dengan 1,2,3 orang.
Untuk diagnosa kedua yaitu harga diri rendah kronis yang sudah penulis laksanakan adalah SP 1, SP 2 dan evaluasi sumatif dari klien adalah klien dapat menyebutkan aspek positif yang dimilik oleh klien, keluarga dan lingkungan, selain itu klien juga menyebutkan kemampuan yang masih dapat dilaksanakan yaitu nyanyi sambil berjoget dan menyapu, klien juga dapat membuat rencana kegiatan harian.
Pada  diagnosa ketiga yaitu defisit perawatna diri yang sudah dilakukan oleh penulis  yaitu SP mandi, SP makan, SP eliminasi, SP berdandan. Evaluasi sumatif yang diperoleh adalah klien dapat melakukan ke empat implementasi tersebut secara mandiri. Klien hanya membutuhkan motivasi agar dapat melakukan implementasi perawatan diri secara teratur.
1.         Hambatan
Pada saat evaluasi sacara formatif, klien terkadang sulit untuk menceritakan kembali tahap yang telah dibicarakan pada tahap impelementasi. Namun untuk hal yang bersifat kegiatan klien mampu mengingat dan cukup terampil melaksanakannya.
2.         Alternatif pemecahan masalah
Penulis melakukan stimulus verbal berupa pengulangan kembali tentang apa yang telah dibicarakan atau diajarkan sebelumnya kepada klien. Penulis pun juga melakukan evaluasi pada setiap akhir penjelasan sehingga mambantu klien untuk mengingat kembali hal yang telah dibicarakan. Penulis juga bekerja sama dengan perawat ruangan untuk melakukan evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan lebih lanjut.
3.         Hasil dari alternatif pemecahan masalah
            Pada tahap ini penulis dapat mengevaluasi tindakan yang penulis lakukan tetapi tidak semua intervensi, penulis mengefektifkan waktu untuk tercapainya tindakan keperawatan, sehingga penerapan asuhan keperawatan perlu ditingkatkan demi tercapainya asuhan keperawatan yang kompherensif.