Contoh TAK ( terapi aktivitas kelompok ) perilaku kekerasan

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK 

PERILAKU KEKERASAN


LATAR BELAKANG
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa.Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan olehsejumlah anggota keluarga bahkan polisi.Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tanggadan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga.Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikankesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan)
A.    Topik
Terapi aktivitas kelompok klien dengan perilaku kekerasan
B.     Tujuan
1.   Tujuan Umum
      Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa di lakukan.
2.   Tujuan Khusus
    Tujuan khusus terapi aktivitas kelompok dengan perilaku kekerasan :
a)        Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
b)        Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
c)        Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan
A.      Landasan Teori

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 1993)
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995)
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuak kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah. (Berkowitz, 1993)
B.       Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Stearan , kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, demam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status, dan prestise yang tidak terpenuhi.
1.      Frustasi : seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan / keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2.      Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, gampang tersinggung, gampang marah, dan sebagainya.
3.      Kebutuhan akan status dan pretise ; manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
C.      Rentang Respon Marah
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)
a.       Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b.      Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c.       Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
d.      Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
a.       Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
D.      Proses Marah
Strees, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Strees dapat menyebabkan
E.       Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya sebagai berikut :
1.      Perubahan Fisioligik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
2.      Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah tampak tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
3.      Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.
4.      Perilaku Marah
5.      Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
6.      Menyerang atau menghindar (fight of flight)
7.      Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi
8.      Menyatakan secara asertif (assertiveness)
9.      Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri klien.
10.  Memberontak (acting out)
11.  Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
12.  Perilaku kekerasan
13.  Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
14.  Mekanisme Koping
15.  Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan strees, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998, hlm 33)
16.  Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain ( Maramis, 1998, hlm 83 ) :
17.  Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
18.  Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
19.  Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
20.  Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
21.  Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya
F.       Klien
1.      Karakteristik / Kriteria
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah
a)    Klien yang tidak terlalu gelisah
b)   Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok.
c)    Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil
d)   Klien tenang dan kooperatif
e)    Kondisi fisik dalam keadaan baik
f)    Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas
2.   Proses Seleksi
Klien yang akan mengikuti terapi aktivitas ini adalah klien yang dipilih melalui proses seleksi. Adapun proses seleksinya adalah dari kasus atau masalah yang juga banyak dihadapi klien.
3.   Daftar Klien
Jumlah klien dalam TAK ada 6 orang, berikut nama – namanya:
a.   Eko Oktalfianto    : perilaku kekerasan
b.   Salihin                  :  perilaku kekerasan
c.   Anggun Cita Apriza  : perilaku kekerasan
d. Raples Pardede : perilaku kekerasaan
e. Indah Akay : perilaku kekerasan
f. Galuh Mustikarini : perilaku kekerasan
E.    Pengorganisasian
1.   Waktu
Kegiatan terapi aktivitas kelompok pasien dengan gangguan isolasi sosial akan dilaksanakan selama 45 menit yaitu pada :
Hari             : senin
Jam            : 11.00-11.45
Tanggal      : 1 Juli 2013
2.   Tempat            
kegiatan dilakukan di ruangan Aula Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.
3.   Tim terapi
Leader        : Desi Oktaviasari
Co-leader   : July Heryanti
Observer    : Tafan Juristian Putra
Fasilitator   : Mohlis Solehuddin
                    : Yolla Maisusni
                    : Nelfita Sri Afdal
4.   Proses Pelaksanaan
a.   Persiapan
1. Memilih sesuai dengan indikasi yaitu perilaku kekerasan
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dengan tempat pertemuan
b.   Skema Ruang Terapi
Tugasnya :
a.   Leader
·         Menyusun rencana TAK
·         Mengarahkan kelompok mencapai tujuan
·         Sebagai role model
·         Memimpin acara TAK supaya tertib
·         Menyelesaikan masalah yang timbul
b.   Co-leader
·         Membantu leader mengorganisasi anggota kelompok
c.   Fasilitator
·         Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memotivasi
·         Mempertahankan kehadiran anggota.
d.   Observer
·         Mengobservasi respon pasien
·         Mengamati dan mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan prilaku pasien (jumlah anggota yang hadir, yang terlambat, daftar hadir, yang memberi ide, dan pendapat, topik diskusi, respon vebral dan nin vebral)
·         Memberi umpan balik pada kelompok
·         Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
·         Memprediksi respon anggota kelompok
4.   Metode dan media
a.   Metode
     Adapun metode yang digunakan pada terapi aktivitas kelompok adalah dinamika kelompok,diskusi dan Tanya jawb,dan bermain peran / stimulasi.
b.   Media yang digunakan meliputi :
1.    Kasur/ kantong tinju/gendang
2.    buku catatan dan pulpen
3.    jadwal kegiatan klien
5.   Proses Pelaksanaan
1.   Persiapan
a.   Membuat kontrak dengan klien
b.   Mempersiapkan alat dan tempat
2.   Orientasi
a.   Salam terapeutik
      „selamat siang bapak-bapak/ibu-ibu hari ini ? Perkenalkan nama saya Suster Desi Oktaviasari, saya didampingi oleh teman-teman saya yaitu Suster July, Bruder Tafan, Bruder Mohlis, suster Yolla dan Suster Nelfita.
b.   Evaluasi/validasi
      Bagaimana perasaan bapak-bapak/ibu-ibu setelah kita bermain di sesi yang pertama ?
c.   Kontrak
      Baiklah bapak-bapak/ibu-ibu untuk pagi ini kita akan melakukan TAK tentang mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah di lakukan.Teman-teman waktunya 45 menit, tempatnya di ruangan aula. Tujuannya adalah agar bapak-bapak/ibu-ibu dapat mencegah perilaku kekerasan.
3.  Tahap kerja
Adapun peraturan dalam permainan ini yaitu jika bapak-bapak/ibu-ibu ingin izin ke belakang atau ke kamar mandi, harus meminta izin terlebih dahulu kepada suster yang ada di ruangan ini dan bapak-bapak/ibu-ibu tidak boleh meninggalkan permainan TAK ini sebelum permainan ini selesai.“   
Baiklah bapak-bapak/ibu-ibu sebelum permainan kita mulai, adapun aturan permainannya yaitu kita akan mendiskusikan kegiatan apa saja yang biasa bapak /ibu lakukan di rumah tanggga,harian dan olah raga apa saja yang biasa bapak /ibuka lakukan kemudian menuliskan di kertas
Kegiatan apa saja yang biasa bapak / ibuk lakukan untuk menyalurkan kemarahan bapak / ibuk secara sehat : tarik nafas dalam.menjemur / memukul kasur/bantal,menyikat kamar mandi,main bola,senam,memukul bantal pasir tinju,dn memukul gendang kemudian suster akan memperaktikannya dan bapak – bapak /ibu – ibu setelah itu juga ikut mempraktikanya.
4. Teminasi
            a. Evaluasi
            S : Bagaimana perasaan Bapak-bapak/Ibu-ibu setelah mengikuti TAK hari ini ?
            O : Coba bapak-bapak/ibu-ibu mengulangi lagi apa yang sudah kita pelajari tadi, wah .... hebat ya, bapak-bapak/ibu-ibu sudah bisa melakukan cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.
b. Rencana Tindak Lanjut
bapak-bapak/ibu-ibu jadi setelah kita melakukan TAK ini, bapak –bapak dapat menggunakan cara yang telah di pelajari jika ada stimulus penyebab perilaku kekerasan,bapak – bapak / ibu – ibu juga harus melatih sevara teratur yang telah kita pelajari tadi.
c. Kontrak yang akan datang
Baik sampai disini dulu untuk TAK mengontrol perilaku kekerasan, besok kita akan bertemu lagi untuk TAK selanjutnya tempatnya di ruangan ini saja ya Bapak-bapak/ibu-ibu.
SESI 2
STIMULASI PRESEPSI PERILAKU KEKERASAN
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan
NO
Nama klien
Mempraktikan cara fisik yang pertama
Mempraktikan cara fisik yang kedua
1




2



3



4



5



6



7