MAKALAH
ASKEP PADA CA PARU
Disusun oleh :
Kelompok 3
1.
Aulia
Rosadi 5.
Helda Octaviani
2.
Ayu
Octavia 6.
Jiva Yori Pangestu
3.
Dian
Mayang Sari 7. Nonong Sundari
4.
Giti
Trinita 8.
Wahyuni
Tingkat : II B
Keperawatan
PoltekkesKemenkesTanjungpinang
TahunAjaran 2014/2015
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Dengan memanjatkan rasa puja dan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT , berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Kanker Paru “ ini
dapat terselesaikan.
Makalah Perhitungan
Dosis ini kami susun berdasarkan referensi data
dari internet, buku,bahkan dari jurnalpun kami gunakan sebagai referensi.
Makalah ini kami susun secara sistematis dengan tujuan untuk menyelesaikan
tugas kolaborasi..
Kami menyadari bahwa makalah ini tentu masih ada
kekurangan dan kelemahan.Untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan agar makalah ini bisa menjadi acuan kedepan yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, serta mendapatkan ridho
Allah SWT. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Tanjungpinang, 15 september 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
1
Daftar Isi
2
Latar Belakang
3
Rumusan
Masalah
4
Tujuan
4
Konsep Penyakit
5
Pengertian
5
Etiologi
6
Tanda
dan Gejala
7
Ptofisiologi
8
penatalaksanaan
10
Web
Of Caution
13
Konsep Dasar
Keperawatan
16
Pengkajian
16
Diagnosa
Keperawatan
20
Intervensi
20
Kesimpulan
23
Saran
23
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kanker
paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita.
Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru yang
mengejutkan. American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000
kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di
negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di
inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker
terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan
ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita
yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan
paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru
mengenai pria (5%), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih
besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria.
Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun. Kelompok akan
membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker paru dengan kasus pada
tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif
dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui
upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitatif.
BAB II
Tinjauan
Pustaka
2.1 Konsep Penyakit
2.1a Pengertian
Kanker
paru adalah abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(underwood, patologi, 2000).
Kanker
paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan
terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001)
Kanker
terjadi karena profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa batas dan
tanpa tujuan bagi pejamu. Istilah kanker menagcu pada lebih dari 100 bentuk
penyakit. Meskipun setiap kanker memiliki ciri unik, kanker muncul melalui
beberapa proses yang sama yang pada akhirnya bergantung pada perubahan genetik
secara krusial. (elizabeth, 2008)
2.1b
Etiologi
1. Merokok
Kejadian
kanker paru-paru adalah sangat terkait dengan merokok, dengan kira-kira 90%
dari kanker-kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari penggunaan
tembakau.Risiko kanker paru-paru meningkat dengan jumlah rokok-rokok yang
dihisap melalui waktu; dokter-dokter merujuk risiko ini dalam hal sejarah
merokok bungkus tahunan (jumlah dari bungkus-bungkus rokok yang dihisap per
hari dikalikan dengan jumlah tahun-tahun penghisapan).Contohnya, seorang yang
telah merokok dua bungkus rokok per hari untuk 10 tahun mempunyai suatu sejarah
20 bungkus tahunan. Ketika risiko kanker paru meningkat bahkan dengan suatu
sejarah merokok 10 bungkus tahunan, mereka yang dengan sejarah-sejarah 30
bungkus tahunan atau lebih dipertimbangkan mempunyai risiko yang paling besar
mengembangkan kanker paru. Diantara merek yang merokok dua bungkus atau lebih
rokok per hari, satu dari tujuh akan meninggal karena kanker paru.
2. Menghisap Pipa dan Cerutu
Menghisap pipa dan
cerutu dapat juga menyebabkan kanker paru, meskipun risikonya tidak setinggi
menghisap rokok. Dimana seorang yang merokok satu bungkus rokok per hari
mempunyai suatu risiko mengembangkan kanker paru yang 25 kali lebih tinggi
daripada seorang yang tidak merokok, perokok-perokok pipa dan cerutu mempunyai
suatu risiko kanker paru yang kira-kira 5 kali daripada seseorang yang tidak
merokok.
Asap tembakau
mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia, banyak darinya telah
ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen. Dua karsinogenik-karsinogenik
utama didalam asap tembakau adalah kimia-kimia yang dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic
aromatic hydrocarbons. Risiko mengembangkan kanker paru berkurang setiap
tahun seiring dengan penghentian merokok ketika sel-sel normal tumbuh dan
menggantikan sel-sel yang rusak didalam paru.Pada mantan-mantan perokok, risiko
mengembangkan kanker paru mulai mendekati yang dari seorang bukan perokok
kira-kira 15 tahun setelah penghentian merokok.
3.
Merokok Pasif
Serat-serat asbes
(asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate fibers) yang dapat
menetap untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring dengan paparan pada
asbes-asbes.Tempat kerja adalah suatu sumber paparan pada serat-serat asbes
yang umum, karena asbes-asbes digunakan secara meluas di masa lalu untuk
kedua-duanya yaitu sebagai materi-materi isolasi panas dan akustik.Sekarang,
penggunaan asbes dibatasi atau dilarang pada banyak negara-negara, termasuk
Amerika.Kedua-duanya kanker paru dan mesothelioma (suatu tipe
kanker dari pleura atau dari lapisan rongga perut yang disebut peritoneum)
dikaitkan dengan paparan pada asbes-asbes.Mehisap rokok secara dramatis
meningkatkan kemungkinan mengembangkan suatu kanker paru yang berhubungan
dengan asbes pada pekerja-pekerja yang terpapar. Pekerja-pekerja asbes yang
tidak merokok mempunyai suatu risiko sebesar lima kali mengembangkan kanker
paru daripada bukan perokok, dan pekerja-pekerja asbes yang merokok mempunyai
suatu risiko sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada bukan perokok.
4.Radon Gas
Radon gas adalah suatu gas
mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu pemecahan produk uranium alami
(Produk radio aktif).zat tersebut pecah/hancur membentuk produk-produk yang
mengemisi suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas adalah suatu penyebab
kanker paru yang dikenal, dengan suatu estimasi 12% dari kematian-kematian
kanker paru diakibatkan oleh radon gas, atau 15,000 sampai 22,000
kematian-kematian yang berhubungan dengan kanker paru setiap tahun di Amerika,
membuat radon penyebab utama kedua dari kanker paru di Amerika. Seperti dengan
paparan pada asbes, merokok yang serentak meningkatkan sangat besar risiko
kanker paru dengan paparan pada radon. Radon gas dapat bergerak melalui tanah
dan masuk kedalam rumah melalui celah-celah diantara fondasi-fondasi, pipa-pipa,
saluran-saluran, atau tempat-tempat terbuka lainnya.The U.S. Environmental
Protection Agency memperkirakan bahwa satu dari setiap 15 rumah-rumah di
Amerika mengandung tingkat-tingkat radon gas yang berbahaya. Radon gas tidak
terlihat dan tidak berbau, namun zat tersebut dapat terdeteksi dengan
kotak-kotak tes yang sederhana.
5.Kecenderungan
Keluarga
Ketika mayoritas dari
kanker-kanker paru dikaitkan dengan menghisap tembakau, fakta bahwa tidak semua
perokok akhirnya mengembangkan kanker paru menyarankan bahwa faktor-faktor
lain, seperti kepekaan genetik individu, mungkin memainkan suatu peran dalam
menyebabkan kanker paru.Banyak studi-studi telah menunjukkan bahwa kanker paru
kemungkinan terjadi pada saudara-saudara baik yang merokok maupun yang tidak merokok
yang telah mempunyai kanker paru daripada populasi umum. Penelitian akhir-akhir
ini telah melokalisir suatu daerah pada lengan panjang dari kromosom manusia
nomor 6 yang kemungkinan mengandung suatu gen yang memberikan suatu kepekaan
yang meningkat mengembangkan kanker paru pada perokok-perokok.
6. Penyakit-Penyakit
Paru
Kehadiran
penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive pulmonary
disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit (empat
sampai enam kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan kanker
paru bahkan setelah efek-efek dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan.
7. Polusi
Udara
Polusi udara dari
kendaraan-kendaraan, industri, dan tempat-tempat pembangkit tenaga (listrik)
dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker paru pada individu-individu
yang terpapar. Sampai 1% dari kematian-kematian
kanker paru disebabkan oleh pernapasan udara yang terpolusi, dan ahli-ahli
percaya bahwa paparan yang memanjang (lama) pada udara yang terpolusi sangat
tinggi dapat membawa suatu risiko serupa dengan yang dari merokok pasif untuk
mengembangkan kanker paru. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90%
kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita.Semakin banyak
rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya
sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita)
yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja
dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan
pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya
terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab
kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya
pemaparan oleh gas radon di rumah tangga.Kadang kanker paru (terutama
adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya
telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti
tuberkulosis dan fibrosis.
Kanker paru paling
banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok.Lebih dari 80% kanker paru
berhubungan dengan perokok.Bagaimanapun, tidak semua perokok akhirnya menderita
kanker paru. Berhenti dari merokok akan mengurangi dengan sangat berarti risiko
seseorang terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok lebih besar daripada
orang-orang yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang dapat menjadi faktor
risiko terutama berkaitan dengan udara yang dihirup.
8.Kekurangan
Vitamin A dan C
Suatu penelitian
menunjukkan adanya hubungan erat antara betakaroten dan vitamin A dengan
pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker.Hal ini terkait
dengan fungsi betakaroten dari vitamin A sebagai antioksidan yang mampu melawan
radikal bebas.Pencegahan kanker.Kemampuan retinoid dalam memengaruhi
perkembangan sel epitel dan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan,
berpengaruh terhadap pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara,
dan kantong kemih.Betakaroten bersama dengan vitamin E dan C telah berperan
aktif sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai kanker.
Fakta bahwa hasil kerja
NIDDK menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi telah terbukti menjadi toksik
(racun) bagi sel kanker, tetapi membiarkan sel itu sendiri tetap
normal.Kualitas ini, dengan jelas, sangat dibutuhkan jika kita sedang berusaha
memerangi kanker namun menginginkan tubuh yang normal tidak me-ngalami
cedera.Frie dan Lawson berdiskusi seberapa tinggi dosis vitamin C dapat
meningkatkan produksi hydrogen peroksida, yang diperkirakan merupakan zat utama
yang menentukan sifat anti kanker dari vitamin C.
2.1c Tanda dan Gejala
Tanda dan
gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi, dan keluasaan
metastase ketempat regional atau tempat yang jauh.
Tanda dan gejala kanker paru antara lain :
·
Batuk, nyeri dada, dan
hemoptysis disebabkan oleh tumor itu sendiri
·
Mengi (wheezing), stridor, atelectasis,
atau dispne disebabkan oleh obstruksi tumor pada bronkus
·
Nyeri pleura dan gejala-gejala
efusi pleura disebabkan karena pertumbuhan tumor ke pleura
·
Metastasis ke kelenjar
mediastinum, yakni :
Suara serak (akibat dari
paralisis nervus laringeus)
Sindroma vena cava superior (
akibat dari desakan dari vena cava)
Hemiparase diafragma ( akibat
dari metastasis ke nervus frenikus)
Disfagia (akibat dari
metastasis ke kelenjar disepanjang esophagus)
Efusi pericardial ( akibat
dari metastasis ke pericardium)
Bronkialgia ( akibat dari
metastasis ke pleksus bronkialis, terutama yang disebabkan oleh tumor pancoast)
·
Metastasis jauh :
Kejang ditimbulkan oleh metastasis
ke cerebral
Parese (kelumpuhan) dan back
pan (nyeri punggung) ditimbulkan oleh metastasis ke medulla spinalis
·
Keluhan yang termasuk didalam
sindroma paraneoplastik, yakni gejala-gejala yang secara sistemik mempunyai
hubungan dengan semua organ tubuh, seperti sindroma Cushing, hiperkalsemia, dan
sebagainya.
2.1d Patofisiologi (Skema)
2.1e Penatalaksanaan
Sasaran
penatalaksanaan adalah untuk memberikan penyembuhan, jika memungkinkan.
Pengobatan tergantung pada tipe sel, tahap penyakit, dan status
fisiologi(terutama status jantung dan paru) pasien. Secara umum, pengobatan
dapat mencakup pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, dan imunoterapi, yang
digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi.
Tujuan
pengobatan kanker dapat berupa :
a) Kuratif, yaitu memperpanjang masa bebas
penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b)
Paliatif yaitu mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c) Rawat
rumah (Hospice care) pada kasus terminal sehingga mengurangi dampak fisis
maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d) Suportif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
Penatalaksanaan
klien dengan kanker paru antara lain :
1.
Pembedahan.
Reseksi
bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan tumor yang
terlokalisisr tanpa adanya penyebaran metastatic dan mereka yang fungsi jantung
paru yang baik.
Berikut
ini merupakan pembedahan paru yang mungkin dilakukan antara lain :
a. Lobektomi sleeve, merupakan
pengangkatan pada lobus yang mengalami kanker dan segmen bronkus besar
direseksi.
b. Wedge resection (reseksi
baji), merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
c. Lobektomi,
merupakan pengangkatan satu lobus paru
d. Pneumonektomi, merupakan
pengangkatan seluruh paru
e. Resesi
segmental, merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
f. Dekortikasi
merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.
Bila
operasi dilakukan pada stadium pertama, maka memiliki masa hidup 5 tahun
sebesar 60% dan apabila dilakukan pada stadium kedua, maka angka ini akan
menjadi lebih rendah. Sementara itu apabila dilakukan pada stadium ketiga, maka
indikasi operasi masih menjadi kontroversial.
2.
Radiasi
Radioterapi dapat menyembuhkan pasien dalam persentasi yang
kecil. Tetapi terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian neoplasma
yang tidak dapat direseksi tetapi yang responsive terhadap radiasi. Tumor sel
kecil dan epidermoid biasanya sensitive terhadap radiasi. Radiasi dapat juga
digunakan untuk mengurangi tumor yang tidak dapat di operasi menjadi dapat di
operasi atau radiasi dapat digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk
menghilangkan tekanan tumor pada struktur vital. Terapi radiasi dapat
mengendalikan metastasis medulla spinalis dan kompresi vena kava superior. Juga
iradiasi otak profilaktik digunakan pada pasien tertentu untuk mengatasi
metastasis mikroskopik ke otak. Radiasi dapat membantu menghilangkan batuk,
nyeri dada, dyspnea, hemoptysis, dan nyeri tulang dan hepar.
3.
Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi
luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Kemoterapi memberikan peredaan,
terutama nyeri, tetapi kemoterapi tidak menyembuhkan dan jarang dapat
memperpanjang hidup. Kemoterapi bermanfaat dalam mengurangi gejala-gejala
tekanan dari kanker paru dan dalam mengobati metastasis otak, edulla spinalis,
dan pericardium.
2.1f Web of Caution (WOC)
Racun pada rokok
|
Iritasi Bronkial
|
Inflamasi mukosa
bronkial
|
Menghilang-nya cilia
|
Kerusakan bronkial
|
Bronchitis Emfisema
|
Serat-serat asbes
|
Mengendap di paru
|
Makrofag mencerna serat asbes
|
Enzim yang diproduksi
makrofag menyebabkan fibrosis massif pada paru
|
Migrasi ke pleura
|
Radon gas
|
Masuk saluran nafas sampai ke broncus
|
Terjadi peluruhan gas
radon yang memancarkan partikel-α
|
Kerusakan genetik
|
· Kecenderungan keluarga
· Penyakit paru kronis
· Sejarah kanker paru
· Polusi udara
· Diet tidak sehat
|
KANKER TUMBUH
|
Metaplasia,
Hiperplasia, Neoplasia
|
Perubahan genetik
|
Inflamasi pleura dan
penebalan plak
|
Kanker jenis
mesotelioma
|
Metastase
Pecah pembuluh darah
Perlukaan pada Ca.
|
B2
( Blood )
|
Batuk darah
|
B3
( Brain )
|
MK
: nyeri
istirahat
|
Retak tulang belakang
|
Berat badan menurun,kebutuhan
nutrisi kurang dari normal
|
Gangguan mobilitas fisik
Resiko cedera
|
Sakit kepala
|
B5
( Bowel )
|
B6
( Bone )
|
· Batuk terus menerus
· Sesak nafas
|
B1
( Breath)
|
CA.PARU
|
Intoleransi aktifitas
Gangguan citra diri
|
MK :
-Gangguan
rasa nyaman
-Intoleransi
aktifitas
|
Berhubugan dengan abnormalis pada
paru
|
Komplikasi penyebaran
kanker ke saraf/otak
|
Penyebab belum jelas
|
Obat-obatan
oral
|
Radioterapi
- Kemoterapi
|
Pre Obat2an
Post obat2an
|
Pre
Teraphy
Post
Teraphy
|
Pre
Ops
Post
Ops
|
Gelisah
Takut akan kondisi penyakitnya
|
Berhubungan dengan kurang nafsu
makan akibat komplikasi faring-laring
|
Penatalaksanaan
|
Pembedahan
|
Pembedahan
|
2.2 . Konsep
Dasar Keperawatan
2.2a Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat: Kelemahan,
ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas ,
kelesuan biasanya tahap lanjut.
b. Sirkulasi
Peningkatan Vena Jugularis, Bunyi jantung: gesekan perikordial (menunjukkan
efusi ), takikardia, disritmia.
c. Integritas Ego: Ansietas, takut akan
kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang
diulang-ulang
d. Eliminasi:
Diare yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal), peningkatan
frekuensi/jumlah urine.
e. Makanan/cairan : Penurunan Berat badan,
nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan,
haus/peningkatan masukan cairan Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot
( tahap lanjut 0, edema wajah, periorbital ( ketidakseimbangan hormonal ),
Glukosa dalam urine .
f. Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada,
dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/tangan, nyeri
tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan.
Nyeri abdomen hilang/timbul.
g. Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan
pola batuk dari biasanya , peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja
terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat
merokok.Dsipnoe, meni gkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil,
krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara).
Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal (area yang mengalami lesi)
Hemoptisis.
h. Keamanan
: Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.
i. Seksualitas
: Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
j. Penyuluhan/pembelajaran
: Faktor resiko keluarga : adanya riwayat kanker paru, TBC. Kegagalan untuk
membaik.
2.2b
Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang muncul adalah :
a.
Bersihan jalan nafas tidak efektif, berdasarkan peningkatan jumlah/perubahan
mukus /viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya
tahanan jalan nafas.
b. Nyeri berdasarkan lesi dan melebarnya
pembuluh darah.
c.
Kerusakan pertukaran gas berdsarkan gangguan suplai O2 akibat perubahan sruktur
alveoli.
d.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berdasarkan kurangnya
informasi.
2.2c
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/Masalah
Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
||
Tujuan dan Kriteria
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Bersihan
Jalan Nafas Efektif berhubungan
dengan:
· Infeksi, disfungsi
neuromuscular, hyperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma, trauma
· Obstruksi jalan nafas:
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mucus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di
jalan nafas
DS:
· Dyspnea
DO:
· Penurunan suara nafas
· Orthopneu
· Cyanosis
· Kelainan suara nafas (rals,
wheezing)
· Kesulitan bicara
· Batuk, tidak efekotif atau
tidak ada
· Produksi sputum
· Gelisah
· Perubahan frekuensi dan
iraa nafas
|
NOC:
v Respiratory status :
Ventilation
v Respiratory status : Airway
patency
v Aspiration Control
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ….. pasien menunjukkan keefektifan
jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :
v Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu
mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
v Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
v Mampu mengidentifikasi dan
mencegah faktor yang menjadi penyebab
v Saturasi O2 dalam batas normal
v Foto thorak dalam batas
normal
|
NIC:
§ Pastikan Kebutuhan Oral/
Tracheal Suctioning
§ Berikan O2 … l/menit,
metode …
§ Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
§ Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
§ Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
§ Auskultasi suara nafas,
catat adanya nafas tambahan
§ Berikan bronkodilator
§ Monitor status hemodinamik
§ Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
§ Berikan antibiotic
§ Atur intake untuk cairan
untuk mengoptimalkan keseimbangan
§ Monitor respirasi dan
status O2
§ Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mengencerkan secret
§ Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi
|
§ ..
§ ....
§ Memudahkan memelihara jalan
nafas atas paten bila jalan nafas pasien.
§ ..
§ ..
§ ..
§ Obat diberikan untuk
menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki
ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/
pilihan obat.
§
|
Diagnosa Keperawatan/Masalah
Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
||
Tujuan dan Kriteria
|
Intervesi
|
Rasional
|
|
Nyeri Kronis berhubungan dengan
ketidakmampuan fisik-psikososial kronis (metastase kanker, injury neurologis,
artritis)
DS:
·
Kelelahan
·
Takut
untuk injury ulang
DO :
·
Atropi
otot
·
Gangguan
aktifitas
·
Anoreksia
·
Perubahan
pola tidur
·
Respon
simpatis (suhu dingin, perubahan posisi tubuh, hipersensitifitas, perubahan
berat badan)
|
NOC :
v Comfort level
v Pain control
v Pain level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … nyeri
kronis pasien berkurang dengan kriteria hasil :
v Tidak ada gangguan tidur
v Tidak ada gangguan
konsentrasi
v Tidak ada gangguan
interpersonal
v Tidak ada ekspresi menahan
nyeri dan ungkapan secara verbal
v Tidak ada tegangan otot
|
NIC :
Pain Manajemen
§ Monitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri
§ Tingkatkan istirahat dan
tidur yang adekuat
§ Kelola anti analgetik …
§ Jelaskan pada pasien
penyebab nyeri
§ Lakukan tehnik
nonfarmakologis (relaksasi masase punggung)
|
§ Membantu dalam evaluasi
gejala nyeri karena kanker.
§ ..
§ Untuk mengevaluasi
keefektifan analgesic
§ Insisi posterolateral lebih
tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut,
distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
|
Diagnosa Keperawatan/Masalah
Kolaborasi
|
Rencana Keperawatan
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Gangguan Pertukaran
Gas berhubungan
dengan :
·
Ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
·
Perubahan
membrane kapiler-alveolar
DS :
·
Sakit
kepala ketika bangun
·
Dyspnoe
·
Gangguan
penglihatan
DO:
·
Penurunan
CO2
·
Takikardi
·
Hiperkapnia
·
Keletihan
·
Iritabilitas
·
Hypoxia
·
Kebingungan
·
Sianosis
·
Warna
kulit abnormal (pucat, kehitaman)
·
Hipoksemia
·
Hiperkarbia
·
AGD
abnormal
·
pH
arteri abnormal
·
frekuensi
dan kedalaman nafas abnormal
|
NOC :
v Respiratory status: Gas
exchange
v Keseimbangan asam basa,
elektrolit
v Respiratory status :
Ventilation
v Vital sign
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … pasien
teratasi dengan kriteria hasil :
v Mendemontrasikan
peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
v Memelihara kebersihan
paru-paru dan bebas dari tanda tanda di stress pernafasan
v Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
v Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
v AGD dalam batas normal
v Status neurologis dalam
batas normal
|
NIC:
· Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi.
· Pasang mayo bila perlu.
· Lakukan fisioterapi dada
jika perlu.
· Keluarkan secret
dengan batuk dengan suction.
· Auskultasi suara
nafas,catat adanya suara tambahan.
· Berikan bronkodilator
· Berikan pelembab udara.
· Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
· Monitor respirasi dan
status O2.
· Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan,penggunaan otot
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
· tambahan tambahan,retraksi otot
supraclavicular dan intercostal.
· Monitor suara nafas,seperti
dengkur.
· Monitor pola nafas :
bradipena,takipenia,kussmaul,hiperventilasi,cheyne stokes,biot.
· Auskultasi suara
nafas,catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan.
· Monitor TTV,AGD,elektrolit
dan status mental.
· Observasi sianosis
khususnya membran mukosa.
· Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang persiapan tin tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (
O2,Suction,Inhalasi ).
· Auskultasi bunyi
jantung,jumlah,irama dan denyut jantung.
|
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana Keperawatan
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kurang
Pengetahuan
berhubungan dengan: keterbatasan kognitif,interpretasi terhadap informasi
yang salah,kurangnya keinginan untuk mencari informasi,tidak mengetahui
sumber-sumber informasi.
DS : Menyatakan secara verbal adanya masalah
DO: ketidakakuratan instruksi,perilaku tidak sesuai.
|
NOC :
v Kowlwdge : disease process
v Kowledge : health Behavior
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses
penyakit dengan kriteria hasil:
v
Pasien
dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,kondisi,prognosis dan
program pengobatan.
v
Pasien
dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
v
Pasien
dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lain.
|
NIC:
·
Kaji
tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
·
Jelaskan
patofisiologis dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan denga anatomi
dan dfisiologis,dengan cara yang
tepat.
·
Gambarkan
tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,dengan cara yang tepat.
·
Gambarkan
proses penyakit,dengan cara yang tepat.
·
Sediakan
informasi pada pasien tentang kondisi,dengan cara yang tepat.
·
Sediakan
bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat.
·
Diskusikan
pilihan terapi atau penanggaan.
·
Dukung
pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasiakan.
·
Eksplorasi
kemungkinan sumber atau dukungan,dengan cara yng tepat.
|
2.2c.
Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak
efektif.
Dapat dihubungkan :
·
Kehilangan
fungsi silia jalan nafas
·
Peningkatan
jumlah/ viskositas sekret paru.
·
Meningkatnya
tahanan jalan nafas
Kriteria hasil :
·
Menyatakan/
menunjukkan hilangnya dispnea.
·
Mempertahankan
jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
·
Mengeluarkan
sekret tanpa kesulitan.
·
Menunjukkan
perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalan nafas.
Intervensi :
1.
Catat
perubahan upaya dan pola bernafas.
Rasional : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal
menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
2.
Observasi
penurunan ekspensi dinding dada
Rasional
: Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan,
edema, dan sekret dalam seksi lobus.
3.
Catat
karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi
dan karakteristik sputum.
Rasional:
Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal
perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, dan/ atau
purulen.
4.
Pertahankan
posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional: Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten
bila jalan nafas pasien.
5.
Kolaborasi
pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dan lain-lain; Awasi
untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional:
Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas
sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan
perubahan dosis/ pilihan obat.
b.
Nyeri Dapat dihubungkan :
·
Lesi
dan melebarnya pembuluh darah.
·
Invasi
kanker ke pleura, dinding dada
Kriteria hasil :
·
Melaporkan
nyeri hilang/ terkontrol.
·
Tampak
rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
·
Berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan
Intervensi :
1.
Tanyakan
pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas
pada skala 0 – 10.
Rasional:
Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang
membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi
keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.
2.
Kaji
pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional:
Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk
derajat nyeri, kebutuhan/ keefektifan intervensi.
3.
Catat
kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional
: Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi
anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai
diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
4.
Dorong
menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional
: Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang
persepsi nyeri.