Askep Jiwa Gangguan Hubungan Sosial

Askep Jiwa 

Gangguan Hubungan Sosial


               Pengertian
Manusia adalah mahkluk, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan , bina hubungan interpersonal yang positif.
Dibawah ini ada beberapa pengertian menurut tokoh tokoh antara lain ;Stuart and Sudden (1998)
Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan, sementara identitas pribadi masih tetap   dipertahankan.

Rogers
Karakteristik hubungan yang sehat : terbuka, menerima orang lain sebagaisebagai orang yang mempunyai nilai sendiridan adanya rasa empati.

Gangguan hubungan social
Pengertian: Keadaan dimana seorang individu berpartisipasi  dalam kuantitas yang berlebihan atau tidak cukup atau ketidakefektifan kualitas pertukaran sosial (Townsend,1998)

Tugas Perkembangan Berhubungan Dengan
Pertumbuhan Interpersonal

Tahap perkembangan
Tugas
Masa bayi
Menetapkan landasan percaya
Masa bermain
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa pra sekolah
Belajar menunjukkan  inisiatif dan rasa tanggung jawab dan hati nurani
Masa sekolah
Belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi
Masa pra remaja
Menjadi intim dengan teman sejenis kelamin
Masa remaja
Menjadi intim dengan lawan jenis kelamin dan tidak tergantung pada orsng tua
Masa dewasa muda
Menjadi saling tergantung dengan orang tua, teman, menikah dan mempunyai anak
Masa tengah baya
Belajar menerima
Masa dewasa
Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya.

Perilaku
Karakteristik
Manipulasi
Orang lain diperlakukan seperti obyek hubungan terpusat pada masalah pengendalian individu, berorientasi pada diri sediri atau pada tujuan, bukan berorintasi pada orang lain.
Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
Inplusif
Mendapatkan penghargaan, pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung. Tak mampu  merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman , penilaian yang buruk tidak dapat diandalkan

Tahap perkembangan
Tugas
Masa bayi
Menetapkan landasan percaya
Masa bermain
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa pra sekolah
Belajar menunjukkan  inisiatif dan rasa tanggung jawab dan hati nurani
Masa sekolah
Belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi
Masa pra remaja
Menjadi intim dengan teman sejenis kelamin
Masa remaja
Menjadi intim dengan lawan jenis kelamin dan tidak tergantung pada orsng tua
Masa dewasa muda
Menjadi saling tergantung dengan orang tua, teman, menikah dan mempunyai anak
Masa tengah baya
Belajar menerima
Masa dewasa
Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya.


II.                Rentangan Responden Sosial

R. Adapati                                                                   R. Maladapatif


Sosial                                      Kesepian                            Manipulasi
Otonomi                                  Menarik diri                         Impulsif
Kebersamaan                        Ketergantungan                  Narkisisme
Saling ketergantungan
(Stuart and Sundeen,hal 441)


PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESPONDEN SOSIAL MALADAPTIF
                     
                                                     

Perilaku menarik diri :
Adalah usaha menghidari  interaksi dengan orang lain dimana individu merasa bahwa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan membagi rasa, fikiran, prestasi / kegagalan, ia mempunai kesulitan berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain.

III.             KARAKTERISTIK PERILAKU MENARIK DIRI
Gangguan pola makan : tidak ada nafsu makan / minum berlebihan
.  Berat badan menurun /meningkat dratis
. Kemunduran kesehatan fisik
. Tidur berlebihan
. Tingal ditempat tidur dalam waktu yang lama
. Banyak tidur siang
. Kurang bergairah
. Tak mempedulikan lingkungan
. Aktivitas menurun
  . Mondar – mandir / sikap mematung, melakukan gerakan secra berulang (jalan mondar mandir)
   . Menurunnya kegiatan seksual

TUGAS PERKEMBANGAN BERHUBUNGAN DENGAN
PERTUMBUHAN INTERPERSONAL



IV.             FAKTOR – FAKTOR PENCETUS GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL.
1.      Faktor perkembangan
.  Gangguan dalam pencapaian tingkat perkembangan
.  Sistem kelarga yang terganggu
.  Norma keluarga kurang mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain diluar keluarga.
2.      Faktor biologik
Genetik, neurotransmiter      masih perlu penelitian lebih lanjut.
3.      Faktor sosio cultural
.  Isolasi akibat dari norma yang tidak mendukng
.  Harapan yang tidak realistic terhadap hubungan

V.               STRESSOR PENCETUS
1.        Stressor sosio cultural
.  Menurunya satabilitas unit keluarga
.  Berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya
2.        Stresor psikologik
·          Ansietas berat yang berkepenjangan dengan keterbatasan untuk mengatasi.
              
               VI.SUMBER KOPING
·         Keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman.
·         Hubungan dengan hewan peliharaan
·         Gunakan kreatifitas utuk mengekspresikan stress interpersonalseerti kesenian,musik,tulisan.
      
  VII.MEKANISME KOPING
1.      Koping  yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti social
  Poyeksi
  . Pemisahan 
  . Merendahkan orang lain Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian “border        line”
Pemisahan
. Reaksi formasi
. Proyeksi
. Isolasi
. Idealisasi orang lain
. Merendahkan orang lain                                                                                     

LANGKAH-LANGKAH PROSES KEPERAWATAN
  
 A. PENGKAJIAN
      1. Fraktor predisposisi
          a.  Faktor tumbuh kembang
     Pada masa tumbuh kembang individu mempunyai tugas perkembsangan yang
     harus dipenuhi, setiap tahap perkembangan mempunyai spesifikasi tersendiri
     Bila tugas dalam perkembangan tidak terpenuyhi akan menghambat tahap
     Perkembangan selanjutnya dan dapat terjadi  gangguan hubungan social.
b.  Faktor komunikasi dalam keluarga
     Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadi
     nya gangguan hubungan sosial, termasuk komunikasi yang tidak jelas (
     double blind komunikation), ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga dan
     pola asuh keluarga yang tidak menganjurkan anggota keluarga untuk  
     berhubungan di luar lingkungan keluarga.
          c. Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan factor   
              pendukung untuk terjadinaya ada gangguan hubungan sosial. Hal ini    
              disebabkan oleh noma-norma yang dianut keluarga yang salah, dimana tiap     
              anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari hubungan sosialnya
                    misalnya : usia lanjut, penyakit kronis, penyandang cacat dan lain-lain. 

     2. Faktor predisposisi
         a. Struktur sosial budaya
             Stres yang ditimbulkan oleh factor sosial budaya antara lain keluarga yang
    labil, berpisah dengan orang yang terdekat/berarti, perceraian dan lain-lain.
b. Faktor hormonal
    Gangguan dari fungsi kelenjar bawah otak (gland pituitary ) menyebabkan
    turunya hormon FSH dan LH. Kondisi ini terdapat pada pasien skizofrenia.
c. Hipotesa virus
    Virus HIV dapat menyebabkan prilaku spikotik.
d. Model biological lingkungan sosisal
 Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi seseorang terhadap stress pada saat       terjadinya interaksi dengan interaksi sosial.
e. Stressor psikologik
     Adanya kecemasan berat dengan terbatasnya kemampuan menyelasaikan  
     kecemasan tersebut.
    
3. Prilaku
   a. Tingkah laku yang berhubungan dengan curiga
1.              Tidak mampu mempercayai orang lain.
2.              Bermusuhan.
3.              Mengisolasi diri dalam hubungan sosial
4.              Paranoia
   b. Tingkah laku yang berhubungan dengan dependen
1.      Ekpresi perasaan tidak langsung dengan tujuan.
2.      Kurang asertif
3.      mengisolasi diri dalam hubungan sosial
4.      Harga diri rendah
5.      Sangat tergantung dengan orang lain.
c. Tingkah laku yang berhubungan dengan kepribadian anti sosial.
1.      Hubungan interpersonal yang dangkal
2.      Rendahnya motifasi untuk berubah
3.      Berusaha untuk tampil menarik.
d. Tingkah laku yang berhubungan dengan borderline.
1.      Hubungan dengan orang lain sangat stabil
2.      Percobaan bunuhdiri yang manipulatif
3.      Susunan hati yang negatif (depresif)
4.      Prestasi yang rendah
5.      Abivalensi dalam hubungan dengan orang lain
6.      Tidak tahan dengan sendirian
e. Tingkah laku yang berhubungan dengan menarik diri
1.      Kurang spontan
2.      Apatis, ekpresi wajah kurang berseri
3.      Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan dirinya
4.      Tidak mau komonikasi verbal
5.      Mengisolasi diri
6.      Kurang sadar dengan lingkungan sekitar
7.      Kebutuhan fisiologis terganggu
8.      Aktivitas menurun
9.      Kurang energi, harga diri rendah, postur tubuh berubah.

 B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
       Masalah keperawatan yang berubungan dengan hubungan  sosial. Diagnosa menurut NANDA :
1.      Resiko terjadi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan menarik diri
2.      Koping keluarga inefektif
3.      Koping indifidu inefektif
4.      Kesepian berhubungan dengan menarik diri
5.      Perubahan proses berfikir
6.      Isolasi sosial berhubungan dengan kemampuan hubungan sosial inadekuat
7.      Ganggiuan persepsi (harga diri rendah) berhubungan dengan persepsi keluarga nonrealistik dalam berhubungan.
8.      Menarik diri berhubungan dengan waham curiga.
9.      Kebersihan diri kurang berhubungan dengan kurang energi
10.  Gangguan hubungan sosial berhubungan dengan kurangnya perhatian terhadap lingkungan.
11.  Menurunya     aktivitas motorik berhubungan kurangnya perhatian terhadap lingkungan.
12.  Potensial defisit cairan berhubungan dengan tidak mau merawat diri.
13.  Gangguan komonikasi verbal
14.  Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan menarik diri

C. PERENCANAAN
     Ada beberapa prinsip rencana asuhan keperawatan dengan klien gangguan hubungan sosial, antara lain :
1.      Bina hubungan saling percaya
2.      Bantu klien menguraikan kelebihan dan kekurangan interpersonal.
3.      Bantu klien membina kembali hubungan interpersonal yang positf / adaptif dan memberikan kepuasan timbal balik :
·         Beri penguatan dan kritikan yang positif
·         Jangan perhatikan klien saat manipulatif/ekploratif,konfrontasi
·         Bertindak sebagai model peran, latih prilaku
·         Dengarkan semua kata-kata klien dan jangan menyela saat klien bertanya.
·         Berikan penghargaan saat klien dapat berprilaku yang positif
·         Hindari ketergantungan klien
·         Kembangkan hubungan terapeutik dengan klien “bukan anda”, tetapi perilaku anda yang tidak dapat diterima.
4.      Perhatikan kebutuhan ADL klien
5.      Libatkan dalam kegiatan ruangan.
6.      Ciptakan lingkungan terapeutik
7.      Terapi somatic
8.      Libatkan keluarga/system pendukung untuk membantu mengatasi masalah klien.

 D. PELAKSANAAN
      Pelaksanaan sesuai dengan rencana keperawatan yang ada dan dilakukan di lapangan

 E. EVALUASI
      Klien mengadakan hubungan interpersonal yang efektif, dapat bekerjasama dengan perawat dan keluarga, klien dapat menggunakan sumber koping yang adekuat.

Pengertian Gangguan Jiwa

Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Baihaqi,dkk, 2005). Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya. Hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai gila (Hardianto, 2009).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita gangguan jiwa di dunia pada 2001 adalah 450 juta jiwa. Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan kejiwaan (Hawari, 2009). Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa juga terjadi di Sumatera Utara, jumlah pasien meningkat 100 persen dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada awal 2008, RSJ Sumut menerima sekitar 50 penderita per hari untuk menjalani rawat inap dan sekitar 70-80 penderita untuk rawat jalan. Sementara pada 2006-2007, RSJ hanya menerima 25-30 penderita per hari (Sitompul, 2008).
Pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia mempunyai rata-rata lama hari rawat yang tinggi yaitu 54 hari, dan yang paling lama dirawat adalah pasien dengan diagnosa skizofrenia. Data rumah sakit jiwa pusat Bogor 2001, menunjukkan rata-rata lama hari rawat adalah 115 hari dan untuk pasien perilaku kekerasan 42 hari (Keliat,dkk, 2009).
Ketika penderita gangguan jiwa melakukan rawat jalan atau inap di rumah sakit jiwa, keluarga harus tetap memberikan perhatian dan dukungan sesuai dengan petunjuk tim medis rumah sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan. Jenis-jenis dukungan keluarga seperti dukungan pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional (Friedman,1998). 
          1. Pengertian
Gangguan jiwa adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk (Kaplan dan Sadock, 1997).
Menurut Schebel (1991) dalam Townsend (1998) juga mengatakan bahwa gangguan jiwa merupakan kecacatan sejak lahir, terjadi kekacauan dari sel-sel piramidal dalam otak, dimana sel-sel otak tersusun rapi pada orang normal.
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.
2. Macam macam Gangguan Dan Penyakit Jiwa
a)   Psikosomatik
Adalah penderita yang menemukan kelainan-kelainan atau keluhan. Pada tubuhnya yang disebabkan oleh faktor-faktor emosional melalui syarat yang menimbulkan perubahan yang tidak mudah pulihnya, misalnya : sulit tidur jika banyak masalah, hilang nafsu makan, makan berlebihan.
b)   Kelainan kepribadian
Penderita sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Misalnya orang suka meledak emosinya.
c)Retardasi mental
Adalah keterbelakangan atau keterlambatan perkembangan jiwa seseorang.
Contoh dalam memahami sesuatu ilmu pengetahuan yang baru di dapat atau kata-kata baru, cara pemahamannya terlalu lama.
d)     Rasionalisasi
Dimana penderita sering memutarbalikkan fakta yang bersangkutan dengan ego individunya sendiri atau dalam arti lain memutarbalikkan hati nuraninya sendiri yang mengakibatkan kepercayaan diri hilang.
e)      Neurosis
      Adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih dalam keadaan sadar, dengan melalui ketidakberesan tingkah laku, susunan syaraf juga karena sikap seseorang terhadap orang lain.
Ciri-ciri neurosis meliputi : sering adanya konflik, reaksi kecemasan, kerusakan aspek-aspek kepribadian, phobia, gangguan pencernaan.
Seseorang yang terkena neurosis mengetahui bahwasanya bahwa jiwanya terganggu, baik disebabkan gangguan jasmani dan jiwanya sendiri.
f)       Psikosis
Pada psikosis ini penderita sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya, karena sudah menyerang seluruh keadaan netral jiwanya.
Ciri-cirinya meliputi :
Disorganisasi proses pemikiran
Gangguan emosional
Disorientasi waktu, ruang
Sering atau terus berhalusinasi
Dan ada terapi untuk gangguan jiwa Terapi di sini mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa yang benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi beberapa bentuk :
1)      Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh
2)      Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama
3)      Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter dengan memberikan resep obat pada pasien.
4)      Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat keperca
3. Tanda dan Gejala
                  a. Gangguan Kognisi
              Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seseorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal)
              Bagian –bagian dari proses kognisi bukan merupakan kekuatan yang terpisah-pisah, tetapi sebenarnya ia merupakan cara dari seseorang individu untuk berfungsi dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Proses kognisi meliputi :
a) Sensasi dan persepsi
b) Perhatian
c) Ingatan
d) Asosiasi
e) Pertimbangan
f) Pikiran
g) Kesadaran
b. Gangguan Perhatian
            Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energy menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsang. Agar supaya suatu perhatian dapat memperoleh hasil, harus ada 3 syarat yang dipenuhi yaitu : Inhibisi, disni semua rangsang yang tidak termasuk objek perhatian harus disingkirkan , Apersepsi, yang dikemukakan hanya hal yang berhubungan erat dengan objek perhatian, Adaptasi, alat-alat yang digunakan harus berfungsi baik karena diperlukan untuk penyesuaian terhadap objek pekerjaan.
Beberapa bentuk gangguan perhatian :
1) Distraktibiliti Adalah perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti, misalnya: suara nyamuk, suara kapal, orang lewat,dll.
2) Aproseksia Adalah suatu keadaan dimana terdapat ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun terhadap situasi/keadaan tanpa memandang pentingnya masalah tersebut.
3) Hiperproseksia Adalah suatu keaadan dimana terjadinya pemusatan/konsentrasi perhatian yang berlebihan, sehingga sangat mempersempit persepsi yang ada.
c. Gangguan Ingatan
            Ingatan adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi, dan tanda-tanda kesadaran. Jadi proses ingatan terdiri dari 3 unsur yaitu: Pencatatan (mencamkan, reception and registration), penyimpanan (menahan, retention, preservation), pemanggilan kembali (recalling).
            Gangguan ingatan terjadi bila terdapat gangguan pada suatu/lebih dari 3 unsur tersebut, faktor yang mempengaruhi adalah keadaan jasmaniah (kelelahan, sakit kegelisan), dan umur. Sesudah usia 50 tahun fungsi ingatan akan berkurang secara bertahap. Berikut beberapa bentuk gangguan ingatan :
1) Amnesia
Ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang ada, dapat bersifat sebagian atau total dan dapat ditimbulkan olehfaktor organic. sebab organic, kerusakan pada unsure pencatatan dan penyimpanan.
2) Hipernemsia
Suatu keadaan pemanggilan kembali yang berlebihan sehingga seseorang dapat menggambarkan kejadia-kejadian yang lalu dengan sangat teliti sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya. sering pada keadaan mania, paranoia dan katatonik.
3) Pramnesia
Adalah gangguan diman terjadi penyimpangan/pemiuhan terhadap ingatan-ingatan lama yang dikenal dengan baik Hal ini terjadi akibat distorsi proses pemanggilan paramnesia berguna sebagai pelindung terhadap rasa takut.
d. Gangguan Asosiasi
            Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon/konsep lain, yang memang sebelumnya berkaitan dengannya
Dalam kehidupan mental normal, proses asosiasi terjadi secara terus menerus dengan pola-pola tertentu. Faktor-faktor yang menentukan pola-pola dalam proses asosiasi antara lain :
1) Keadaan lingkungan pada saat itu
2) Kejadian-kejadian yang baru terjadi
3) Pelajaran dan pengalaman sebelumnya
4) Harapan-harapan dan kebiasaan seseorang
5) Kebutuhan dan riwayat emosionalnya
e. Gangguan Pertimbangan
            Pertimbangan(Penilaian) adalah suatu proses mental untuk membandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangkakerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas. Membandingkan disini meliputi istilah tentang “besarnya kepentingan”, “kebenarannya”,”kecantikannya”, dan sebagainya. Tiga hal yang akan mendukung berfungsinya pertimbangan yaitu: Aparat sensori yang mampu dan mempunyai persepsi diskripsiminasi yang teliti. Ingatan yang penuh dengan data-data sebagai dasar untuk membandingkan aparat motoris yang mempunyai keterampilan atau kemampuan untuk memutuskan serta adanya mekanisme inhibisi untuk aktifitas yang berlebihan.
            Dalam beberapa buku, masalah pertimbangan ini dibahas dalam gangguan proses berfikir (isi pikiran) beberapa bentuk waham.
f. Gangguan Pikiran
            Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan seseorang. Berfikir merupakan suatu proses dalam mempersatukan atau menghubungkan ide-ide dengan membayangkan membentuk pengertian untuk menrik kesimpulan, serta proses-proses yang lain untuk membentuk ide-ide baru, jadi dalam proses berfikir meliputi proses pertimbangan pemahama, ingatan serta penalaran.
            Proses berfikir yang normal mengandung arus ide, symbol, dan asosiasi yang terarahpada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas yang dapat menghantar pada suatu penyelesaian yang berorientasi pada kenyataan
Faktor-fsktor ysng mempengaruhi proses berfikir, yaitu :
1) Faktor somatic (gangguan otak dan kelelahan)
2) Faktor psikologik (gangguan emosi dan psikosa)
3) Faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial tertentu)
g. Gangguan Kesadaran
            Kesadaran adalah Kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya sendiri melalui pancaindra dan mengadaka pembtasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri. bila kesadaran itu baik, maka terjadi orientasi (waktu tempat dan orang) dan pengertian yang baik pula serta informasi akan digunakan secra efektif (melalui ingatan dan pertimbangan)
h. Gangguan Kemauan
            Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan untuk kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan. proses kemauan Sbb :
1) Saat terlihat (terdiri dari tanggapan dantegangan yang cukup kuat)
2) Saat objektif (sudah ada yang diingini,walau hanya dalam niat saja tapi benda yang menjadi tujuannya sudah ada)
3) Saat aktuil (timbul kesadraan akan keinginan dan menghendak, tindakan sudah  dan dialami)
4) Saat subjektif (berupa tindakan kemauan itu sendri, dengan kesadaran penuh dan menggunakan segala daya dan tenaga)
i. Gangguan Emosi dan Afek
              Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktifitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologik.
              Dikaitkan dengan pengetian afek, maka emosi merupakan manisfestasi afek keluar disertai oleh banyak komponen fisiologik, biasanya berlangsungrelatif singkat.
j. Gangguan Psikomotor
              Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa, sehingga merupakan afek bersama yang mengenai badan dan jiwa. juga meliputi kondisi,prilaku motorik atau aspek motorik dari suatu prilaku.


DAFTAR PUSTAKA

Townsend M. C,  (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.
Anna Budi Keliat, SKp. (2000).Tanda dan gejala gangguan jiwa, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia..
Stuart and Sundeen, ”Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa”, alih bahasa Hapid AYS, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
———–, (1998). Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Asuhan Keperawatan pada Kasus di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Direktorat Kesehatan Jiwa Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Dep-Kes RI, Jakarta.