Daftar Pustaka Askep Jiwa Curiga



DAFTAR  KEPUSTAKAAN

Kumpulan Kuliah : Mata Ajaran Keperawatan Jiwa Dalam Konteks Keluarga. Disajikan di Fakultas Ilmu Keperawatan -Universitas Indonesia, Jakarta: tidak dipublikasikan, 1997.

Rawlins, R.P,  dan  Heacock, P.E.  (1993).  Clinical Mannual of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book.

Stuart, G.W, dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 4 th ed. St. Louis: Mosby Year Book.

BAB 7 Curiga



BAB VII

PENUTUP


A. KESIMPULAN
            Membina hubungan saling percaya merupakan kunci hubungan perawat - klien yang terapeutik. Berbicara dengan jelas, tidak berhenti bicara saat klien datang, tidak mendebat dan penerimaan keluarga besar pengaruhnya terhadap perilaku klien curiga. Terapi aktifitas kelompok merupakan media yang tepat dalam membantu klien mengatasi perilaku curiga. Keluarga mempunyai peran penting dan utama dalam membantu mengatasi perilaku klien.

B. SARAN
            Oleh karena itu sebaiknya perawat banyak berlatih cara membina hubungan saling percaya, lebih banyak melibatkan keluarga dalam mengatasi perilaku klien melalui kunjungan rumah, menganjurkan keluarga untuk lebih sering menengok klien dan membuat jadwal terapi aktifitas kelompok secara terstruktur.

BAB 6 Curiga



BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


            Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien G dengan masalah curiga, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Membina hubungan saling percaya merupakan kunci hubungan perawat - klien yang terapeutik. Berbicara dengan jelas, tidak berhenti bicara saat klien datang, tidak mendebat.
2.       Support sistem keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku klien curiga.
3.      Terapi akitifitas kelompok : sosialisasi dan gerak merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat membantu menyelesaikan masalah curiga dan menarik diri.
4.      Cara mengungkapkan marah yang kostruktif sangat diperlukan pada klien curiga.

            Dari kesimpulan di atas dapat kami memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1.      Sebaiknya perawat banyak berlatih cara membina hubungan saling percaya.
2.      Lebih banyak melibatkan keluarga dalam mengatasi perilaku klien melalui kunjungan rumah, menganjurkan keluarga untuk lebih sering menengok klien.
3.      Terapi aktifitas kelompok (TAK) hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur karena merupakan suatu terapi yang dapat mempercepat proses penyembuhan. (dapat mengurangi perasaan curiga).
4.      Klien dengan curiga hendaknya diajarkan cara-cara marah yang konstruktif, agar tidak membahayakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan.

BAB 5 Curiga



BAB V

PEMBAHASAN

            Pada bab ini akan dibahas penerapan teori pada kasus Nn. G dengan maslah curiga, dan respon klien setelah dilakukan implementasi berdasarkan teori tersebut. Berdasarkan hasil pengkajian, perilaku curiga pada klien Nn.G kemungkinan disebabkan oleh kesalahan dalam pola asuh. Kedudukan klien sebagai anak angkat seolah-olah dirasakan klien berkompetisi dengan kelahiran anak kandung orang tua angkatnya. Ditambah kematian ayah angkatnya yang selama ini menyayangi klien sehingga membuat klien merasa tidak diperhatikan lagi.
            Sesuai dengan tinjauan teori pada bab III, pada kasus ini juga memperhatikan perilaku maladaptif sebagai dampak dari perilaku curiga, antara lain menarik diri, kurangnya perawatan diri dan marah.
            Dari implementasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa memanggil nama klien dengan nama yang disukai, memberikan respon yang positif untuk membina hubungan saling percaya. Berbicara dengan jelas, tidak berbisik dan tidak berhenti saat klien datang juga membuat klien berinteraksi dengan perawat. Klien selalu menunjukan sikap menyelidik ketika ia melihat orang lain berbincang-bincang. Dengan mengajak klien terlibat dalam pembicaraan, perilaku tersebut hilang.
            Mengadakan kontak singkat tapi sering juga membuat klien harus merasa diperhatikan dan klien terlihat lebih kooperatif. Hal ini ditunjukan melalui perilaku klien yang bersahabat dan mau memulai pembicaraan dengan perawat.
            Prinsip untuk tidak mendebat saat berbicara dengan klien memang dapat diterapkan pada kasus ini. Ketika apa yang diucapkan klien tidak dibenarkan, klien akan semakin menarik diri dan kadang menjadi agresif. Memberikan dorongan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan pada saat curiga tidak selamanya diterima klien. Klien sering menunjukan perilaku menarik diri dan diam ketika diminta untuk mengungkapkan perasaannya. Hal ini mungkin disebabkan perilaku disebabkan perilaku tersebut merupakan mekanisme pertahanan diri dengan proyeksi dan merupakan masalah ini bagi klien sehingga klien akan merasa terancam integritasnya bila hal tersebut dibicarakan.
            Memberikan kegiatan yang disenangi klien membuat klien merasa dihargai. Dengan membersihkan kamar mandi, membereskan meja setiap hari membuat klien merasa berhasil dan berguna. Pemberian reinforcement positif, memberikan respon yang baik, dimana klien tampak senang dan selalu mengatakan apa yang telah dilakukannya dan yang akan dilakukannya. Prinsip kegiatan yang tidak bersifat kompetitif juga dapat dibuktikan. Klien menolak ketika diajak bermain congklak karena kesal temanya bermain curang.
            Faktor lingkungan juga memberikan dampak yang besar terhadap perilaku curiga klien. Kondisi klien di ruangan sebagian besar menarik diri, membuat klien semakin menarik diri dan tidak mau berinteraksi dengan klien lain. Melibatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK) memberikan dampak yang baik. Dengan TAK, klien mulai mencoba berinteraksi dengan klien lain dan mengurangi sikap bermusuhan.
            Memberikan kesempatan klien untuk cuti pulang ke rumah, juga memperbaiki perilaku klien. Selama praktek, klien sudah tiga kali cuti. Setelah cuti klien tampak lebih gembira, rajin melaksanakan kegiatan. Hal ini disebabkan klien merasakan kembali ia masih diterima di keluarga. Dengan demikian keluarga mempunyai peran yang penting dalam membantu mengatasi perilaku klien.
            Setelah melakukan suatu kegiatan,  klien marah-marah karena merasa orang lain tidak bekerja, hanya klien sendiri setelah diberikan intervensi dengan mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan tanda-tanda marah dan cara mengungkapkan marah yang konstruktif, klien dapat menyebutkan tanda-tanda marah dan mau berlatih mengungkapkan marah secara asertif. Apabila tidak diberikan stimulus, klien cenderung kembali marah.
            Dari hasil kunjungan rumah, tampak terjadi perubahan sikap keluarga terhadap klien. Sebelumnya keluarga tidak menginginkan klien pulang ke rumah karena kalau pulang klien hanya marah-marah. Bila klien marah, hanya dibiarkan   saja   dan   klien   tidak betah di rumah
(1 hari), lalu klien kembali ke rumah sakit. Dengan memberitahukan pentingnya peran keluarga dalam membantu mengatasi perilaku klien dan cara menghadapi klien, keluarga mau menerima kepulangan klien. Klien menjadi lebih betah di rumah. Setiap hari sabtu klien minta cuti untuk pulang ke rumah.
            Klien menarik diri akan memberikan perilaku malas dalam melakukan kebersihan diri dan pada klien tampak kurang minat dalam melakukan perawatan diri. Setelah dilakukan pendekatan, pemberian motivasi dan pemberian reinforcement positif terhadap keberhasilan atau kemajuan yang ditujukan, ternyata klien termotivasi untuk melakukan perawatan diri.

BAB 4 Curiga



BAB IV

PELAKSANAAN ASUHAN  KEPERAWATAN

            Pelaksanaan proses keperawatan berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses keperawatan yang meliputi : diagnosa keperawatan, tujuan jangka panjang, implementasi/tindakan yang dilakukan, evaluasi dan tindak lanjut.
Adapun proses keperawatan secara lengkap ada pada lampiran.

Diagnosa keperawatan I
”Potensial melukai diri sendiri, orang lain s/d ketidakmampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif”.
Tupan : tidak melukai orang lain / diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.
Intervensi : Membina hubungan saling percaya dengan klien, memelihara ketengann lingkungan dengan suasana hangat dan bersahabat, mempertahan kan sikap perwat secara konsisten, mendorong klien untuk mengungkapkan  hal-hal yang menyebabkan klien marah. mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah, mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilekukan bila klien marah, mendiskusikan dengan klien cara mengungkapkan marah secara konstruktif, mendiskusikan dengan keluarga (pada saat kunjungan rumah) ttg marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien marah dirumah bila klien cuti.
Evaluasi : Setelah  mendapatkan asuhan keperawatan klien mengalami perkembangan : klien mau menerima petugas (mahasiswa ) dan membalas salam, berespon secara verbal, dapat membalas jabat tangan dan mau diajak berbicara, mampu mengungkapkan penyebab marahnya, dapat mengenal tanda-tanda marah, megatakan kalau amuk itu tidak baik, dapat memperagakan tehnik relaksasi.
Tindak lanjut : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diatas kelompok merencanakan untuk melanjutkan untuk latihan marah yang konstruktif dengan tehnik relaksasi dan tehnik asertif.

Diagnosa keperawatan II
”Gangguan hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga”.
Tupan : klien dapat berinteraksi dengan orang lain (sesama klien, perawat)
Implementasi : membina hubungan saling percaya, bersikap empati pada klien, mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien, mengadakan kontak sering dan singkat, meningkatkan respon klien terhadap realita, memberikan obat sesuai dengan program terapi dan mengawasi respon klien, mengikut sertakan klien dalam TAK sosialisasi untuk berinteraksi.
Evaluasi: Klien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga, klien hanya berinteraksi dengan perawat terutama perawat praktikan, klien tidak berinteraksi dengan klien lain, klien disiplin  dalam meminum obat sesuai program terapi.
Tindak lanjut: Teruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi kecurigaan.

Diagnosa Keperawatan III
”Penampilan diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri”.
Tupan : Penampilan klien rapih dan bersih serta klien mampu merawat kebersihan diri.
Implementasi : Memperhatikan tentang kebersihan klien, mendiskusikan dengan klien ttg gunanya kebersihan, memberikan reinforsemen positif apa yang sudah dilakukan klien, mendorong klien untuk mengurus kebersihan diri.
Evaluasi : Klien mandi 1x sehari pakai sabun mandi, keramas memakai sampo dan menggosok gigi. Klien dapat mengungkapkan pentingnya kebersihan diri dan akibatnya dari tidak memelihara kebersihan.
Tindak lanjut : Perlu dilanjutkan dengan TAK tentang kegiatan sehari-hari dan berikan motivasi agar klien mau merawat diri.