BAB 5 Curiga



BAB V

PEMBAHASAN

            Pada bab ini akan dibahas penerapan teori pada kasus Nn. G dengan maslah curiga, dan respon klien setelah dilakukan implementasi berdasarkan teori tersebut. Berdasarkan hasil pengkajian, perilaku curiga pada klien Nn.G kemungkinan disebabkan oleh kesalahan dalam pola asuh. Kedudukan klien sebagai anak angkat seolah-olah dirasakan klien berkompetisi dengan kelahiran anak kandung orang tua angkatnya. Ditambah kematian ayah angkatnya yang selama ini menyayangi klien sehingga membuat klien merasa tidak diperhatikan lagi.
            Sesuai dengan tinjauan teori pada bab III, pada kasus ini juga memperhatikan perilaku maladaptif sebagai dampak dari perilaku curiga, antara lain menarik diri, kurangnya perawatan diri dan marah.
            Dari implementasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa memanggil nama klien dengan nama yang disukai, memberikan respon yang positif untuk membina hubungan saling percaya. Berbicara dengan jelas, tidak berbisik dan tidak berhenti saat klien datang juga membuat klien berinteraksi dengan perawat. Klien selalu menunjukan sikap menyelidik ketika ia melihat orang lain berbincang-bincang. Dengan mengajak klien terlibat dalam pembicaraan, perilaku tersebut hilang.
            Mengadakan kontak singkat tapi sering juga membuat klien harus merasa diperhatikan dan klien terlihat lebih kooperatif. Hal ini ditunjukan melalui perilaku klien yang bersahabat dan mau memulai pembicaraan dengan perawat.
            Prinsip untuk tidak mendebat saat berbicara dengan klien memang dapat diterapkan pada kasus ini. Ketika apa yang diucapkan klien tidak dibenarkan, klien akan semakin menarik diri dan kadang menjadi agresif. Memberikan dorongan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan pada saat curiga tidak selamanya diterima klien. Klien sering menunjukan perilaku menarik diri dan diam ketika diminta untuk mengungkapkan perasaannya. Hal ini mungkin disebabkan perilaku disebabkan perilaku tersebut merupakan mekanisme pertahanan diri dengan proyeksi dan merupakan masalah ini bagi klien sehingga klien akan merasa terancam integritasnya bila hal tersebut dibicarakan.
            Memberikan kegiatan yang disenangi klien membuat klien merasa dihargai. Dengan membersihkan kamar mandi, membereskan meja setiap hari membuat klien merasa berhasil dan berguna. Pemberian reinforcement positif, memberikan respon yang baik, dimana klien tampak senang dan selalu mengatakan apa yang telah dilakukannya dan yang akan dilakukannya. Prinsip kegiatan yang tidak bersifat kompetitif juga dapat dibuktikan. Klien menolak ketika diajak bermain congklak karena kesal temanya bermain curang.
            Faktor lingkungan juga memberikan dampak yang besar terhadap perilaku curiga klien. Kondisi klien di ruangan sebagian besar menarik diri, membuat klien semakin menarik diri dan tidak mau berinteraksi dengan klien lain. Melibatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK) memberikan dampak yang baik. Dengan TAK, klien mulai mencoba berinteraksi dengan klien lain dan mengurangi sikap bermusuhan.
            Memberikan kesempatan klien untuk cuti pulang ke rumah, juga memperbaiki perilaku klien. Selama praktek, klien sudah tiga kali cuti. Setelah cuti klien tampak lebih gembira, rajin melaksanakan kegiatan. Hal ini disebabkan klien merasakan kembali ia masih diterima di keluarga. Dengan demikian keluarga mempunyai peran yang penting dalam membantu mengatasi perilaku klien.
            Setelah melakukan suatu kegiatan,  klien marah-marah karena merasa orang lain tidak bekerja, hanya klien sendiri setelah diberikan intervensi dengan mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan tanda-tanda marah dan cara mengungkapkan marah yang konstruktif, klien dapat menyebutkan tanda-tanda marah dan mau berlatih mengungkapkan marah secara asertif. Apabila tidak diberikan stimulus, klien cenderung kembali marah.
            Dari hasil kunjungan rumah, tampak terjadi perubahan sikap keluarga terhadap klien. Sebelumnya keluarga tidak menginginkan klien pulang ke rumah karena kalau pulang klien hanya marah-marah. Bila klien marah, hanya dibiarkan   saja   dan   klien   tidak betah di rumah
(1 hari), lalu klien kembali ke rumah sakit. Dengan memberitahukan pentingnya peran keluarga dalam membantu mengatasi perilaku klien dan cara menghadapi klien, keluarga mau menerima kepulangan klien. Klien menjadi lebih betah di rumah. Setiap hari sabtu klien minta cuti untuk pulang ke rumah.
            Klien menarik diri akan memberikan perilaku malas dalam melakukan kebersihan diri dan pada klien tampak kurang minat dalam melakukan perawatan diri. Setelah dilakukan pendekatan, pemberian motivasi dan pemberian reinforcement positif terhadap keberhasilan atau kemajuan yang ditujukan, ternyata klien termotivasi untuk melakukan perawatan diri.

Tidak ada komentar: